Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin : Manufaktur Harus Didorong Lebih Greget

Kendati terus menunjukkan laju ekspansi di tengah pandemi Covid-19, industri manufaktur dinilai tetap membutuhkan perbaikan secara fundamental agar memperkuat struktur industri ke depan.
Pabrik Surfaktan. Pada 2020, Petrokimia Gresik berhasil menghasilkan produk baru, Methyl Ester Sulfonate (MES). MES Petrokimia Gresik ini dikembangkan bersama dengan Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB). /Petrokimia Gresik
Pabrik Surfaktan. Pada 2020, Petrokimia Gresik berhasil menghasilkan produk baru, Methyl Ester Sulfonate (MES). MES Petrokimia Gresik ini dikembangkan bersama dengan Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB). /Petrokimia Gresik

Bisnis.com, JAKARTA — Kendati terus menunjukkan laju ekspansi di tengah pandemi Covid-19, industri manufaktur dinilai tetap membutuhkan perbaikan secara fundamental agar memperkuat struktur industri ke depan.

Wakil Komisi Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Achmad Widjaja mengatakan daripada berbicara PMI yang hanya menunjukkan ekspansi hilir, sebaiknya pemerintah mulai serius mengembangkan investasi manufaktur untuk mendorong kinerja lebih baik.

"Manufaktur kita mesti greget untuk apa PMI naik tetapi hanya hilirnya saja yang ekspansif, struktur industri itu ada hulu, intermediate, dan hilir. Sebaiknya mulai perbaiki intermediate dan hulu dengan mendorong investasi," katanya kepada Bisnis, Senin (1/2/2021).

Achmad mengemukakan dengan postur negara sebesar Tanah Air ini semestinya industri pengolahan mampu menyumbang hingga 15 persen pada GDP. Pasalnya, jika belum mencapai level tersebut tentu masih ada indikasi kinerja intermediate yang belum jalan.

Sementara industri pengolahan belum begitu kuat, Achmad mengkhawatirkan kinerja industri jasa yang saat ini terus berlari kencang. Untuk itu, pentingnya kebijakan kemudahan investasi saat ini segera diimplementasikan.

"Kalau Gojek dan Tokopedia benar jadi satu bisa-bisa mengalahkan industri pengolahan nanti masyarakat tahunya Indomie itu bukan dari tepung tetapi dari restoran," ujarnya.

Untuk itu, menurut Achmad, sebaiknya investasi yang masuk nantinya benar-benar perusahaan yang satu paket membawa bahan baku bukan hanya trading.

Dia pun menilai Indonesia saat ini lebih membutuhkan banyak perusahaan seperti Unilever dan Danone. Menariknya pun salah satunya dapat dilakukan dengan memberi gratis biaya tanah selama lima tahun dengan tetap membebankan biaya pungutan untuk pajak, keamanan, dan sejenisnya.

"Kalau sekarang orang belum masuk tahu-tahu udah dikasih harga tanah sekian mana ada yang mau," ujarnya.

Sisi lain, Achmad berpendapat, dana PEN dalam pemulihan sebaiknya lebih diperuntukan secara merata yakni, untuk stimulus PLN mengingat banyak kegiatan bekerja di rumah. Sementara untuk pelaku industri juga dapat dibebaskan beban puncaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper