Bisnis.com, JAKARTA – Hong Kong tampaknya tidak disukai oleh investor real estat global, bahkan ketika lebih banyak yang mempertahankan atau meningkatkan alokasi mereka untuk Asia Pasifik tahun ini, demikian temuan sejumlah berbagai survei.
Daerah administratif khusus (SAR) milik China itu tidak termasuk di antara 10 tujuan teratas dalam survei yang dilakukan bersama oleh Asian Association for Investors in Non-Listed Real Estate Vehicle (ANREV), European Association for Investors in Non-Listed Real Estate Vehicle, dan Pension Real Estate Association.
Hong Kong menempati peringkat ke-11, sama seperti tahun lalu, melorot dari urutan kesembilan yang diduduki bersama Makau—juga wilayah khusus China—pada 2019.
Diterbitkan setiap tahun pada Januari, survei tersebut meminta pandangan dari 84 investor institusi dan 15 fund manager yang secara kolektif mewakili minimal US$846 miliar dalam aset real estat yang dikelola.
Sekitar 77 persen mengatakan pandemi virus corona tidak mengubah rencana investasi mereka untuk Asia Pasifik, sementara 22 persen mengatakan mereka akan meningkatkan investasi di wilayah tersebut.
“Kami mendapatkan hasil yang sangat meyakinkan bahwa pada dasarnya investor mengatakan pandemi tidak berdampak pada rencana investasi mereka, dan 22 persen bahkan mengatakan telah mendorong mereka untuk meningkatkan investasi mereka di Asia Pasifik,” kata Amelie Delaunay, direktur penelitian di Anrev yang berbasis di Hong Kong.
Baca Juga
“Investor masih memiliki banyak modal untuk diinvestasikan dan pasar real estat jauh lebih tidak bergejolak. Asia Pasifik menarik investor yang ingin melakukan diversifikasi, serta investor institusi yang ingin menyeimbangkan kembali portofolionya,” kata Delaunay.
Ekonomi China meningkat pada akhir 2020, tetapi pertumbuhan tahunan menjadi yang terendah dalam 45 tahun akibat pandemi Covid-19.
Sydney, Melbourne, dan Tokyo adalah tiga tujuan yang paling disukai, sedangkan kota-kota tingkat 1 di China daratan menempati tempat keempat. Singapura menempati posisi kesembilan.
Delaunay menyebutkan Hong Kong menjadi pasar yang sangat likuid, dengan transaksi besar dan masih sangat disukai oleh investor, seperti yang terlihat dengan pembelian Cityplaza One senilai US$1,27 miliar oleh Gaw Capital di Taikoo Shing dan pembelian Gedung Industri Hang Fat senilai US $ 124,5 juta oleh Kailong di Cheung Sha Wan.
“Namun pasar lain, seperti Australia dan Jepang, cenderung lebih mudah diakses oleh investor asing dan ukurannya lebih besar, yang pada gilirannya membuat mereka menjadi tujuan yang lebih menarik,” ujarnya.