Bisnis.com, JAKARTA – Mulainya program vaksinasi oleh pemerintah Indonesia masih menjadi katalis utama yang memberikan dorongan bagi laju pergerakan industri penerbangan termasuk PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).
Direktur Anugerah Mega Investama mengatakan saat ini bisnis penerbangan masih diwarnai banyak tantangan, kendati pemerintah sudah mencabut tingkat keterisian penumpang atau Seat Load Factor (SLF) sebesar 70 persen.
Hans menyebutkan tantangan tersebut masih berupa pemberlakukan protokol kesehatan baru yang lebih ketat diantaranya rapid antigen dan uji usab atau PCR.
Persyaratan yang lebih ketat ini bisa menjadi hambatan karena tarifnya yang cukup mahal. Tetapi, di sisi lain aturan ini bisa membuat masyarakat merasa tenang tanpa harus mengkhawatirkan kemungkinan penularan selama perjalanan.
Namun saat ini, di tengah pandemi dan angka kasus Covid-19 yang masih naik, pemerintah memutuskan melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sebagian wilayah Jawa dan Bali.
PPKM menyebabkan pergeseran aktivitas pertemuan yang lebih banyak memanfaatkan jasa teknologi daring tanpa harus mengalami perpindahan pergerakan. Hans juga menambahkan margin industri penerbangan yang dari dulu memang tipis.
Baca Juga
“Secara umum sentimen positif lebih karena vaksin. Ketika ekonomi begerak secara otomatis penerbanagn dan pariwisata juga mengikuti. Namun saham penerbangan masih lebih didasarkan pada spekulasi dan secara valuasi belum masuk karena keuangan Garuda yang masih memerah,” ujarnya, Kamis (14/1/2021).
Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lee Young Jun mengharapkan kinerja operasional GIAA yang terus membaik di tengah Covid-19 hingga akhir tahun lalu.
Terlebih karena GIAA mencatatkan rekor tertinggi penumpang sejak Covid-19. Hingga sepuluh bulan berjalan tahun lalu, penumpang GIAA mencapai 739.000 setelah titik terendahnya sebanyak 35.000 penumpang pada Mei 2020.
Sejalan dengan hal tersebut, ASK (Available Seat Kilometers) dan RPK (Revenue Passenger Kilometer) juga mencapai puncaknya pada Oktober 2020. Pemulihan dipimpin oleh membaiknya kinerja Citilink, diikuti oleh kinerja Garuda Indonesia dengan kinerja domestik, sedangkan kinerja internasional tetap lesu.
Menurutnya kendati kedatangan vaksin di Indonesia positif untuk industri penerbangan, tapi agar industri pariwisata bisa bangkit kembali normal, membutuhkan lebih banyak waktu.
"Secara keseluruhan, kami mempertahankan rekomendasi jual kami di GIAA dengan harga target tidak berubah dari Rp140,” ujarnya.