Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai investasi sektor hulu untuk mendukung gairah manufaktur Tanah Air sangat diperlukan guna memenuhi sisi ketersediaan dan keterjangkauan pelaku industri dalam meminimalkan risiko jika distrupsi kembali seperti pada awal 2020.
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan hal tersebut saat ini juga disadari oleh banyak negara, di mana pandemi telah membuka mata agar melepas ketergantungan pasokan bahan baku dari China.
"Industri kita celakanya sekitar 70 persen bahan baku masih diimpor mayoritas dari China, sehingga seperti awal pandemi kemarin yang juga dirasakan negara lain, bahkan ketika kasus Covid-19 belum masuk kuartal I/2020 industri sudah terganggu," katanya kepada Bisnis, Selasa (5/1/2021).
Untuk itu, keputusan memperluas investasi sektor hulu saat ini dinilai perlu menjadi prioritas yang paling tepat. Dia mencontohkan pabrik Tesla yang saat ini sedang dikejar oleh pemerintah untuk masuk Indonesia bisa menjadi peluang mendorong investasi setor hulunya, yakni komponen.
Menurutnya, jika di Indonesia bisa menjadi hub komponen mobil listrik maka bukan tidak mungkin akan lebih unggul dari Thailand dan India yang sudah lebih dulu membangun industri otomotif dengan baik serta menguasai pasar Asia. Apalagi konsumsi domestik mobil listrik juga diproyeksi belum akan besar.
"Artinya ini produk yang orientasinya akan ekspor jadi jika ke depan kita bisa bangun dari sisi komponennya maka akan jadi kunci dalam menguasai pasar Asia. Hal ini juga mengindikasi bahwa minat investasi tidak hanya bergantung pada satu produk saja misalnya UU Cipta Kerja," ujar Andry.
Baca Juga
Apalagi, saat ini arah implementasi UU Cipta Kerja belum tergambar jelas mengingat peraturan pemerintahnya masih dalam bentuk rancangan. Prinsipnya minat investasi harus ditarik dari indikator secara keseluruhan yakni iklim usaha yang mendukung.
Belum lagi, kata Andry, pandemi Covid-19 juga memberikan tugas baru untuk kegiatan investasi ini. Di mana penanganan suatu negara akan menjadi alah satu kepercayaan yang akhirnya menjadi komponen penilaian di mata investor yang akan masuk.
Sisi lain, dari segi insentif Indonesia juga harus berhati-hati ke depan mengingat tahun lalu basis penerimaan turut melandai akibat Covid-19. Untuk itu, strategi yang matang sangat diperlukan pemerintah dalam menarik investor asing.
"2021 tentu investasi manufaktur belum akan kembai sepertii sebelum pandemi atau minimal 2018-2019 tetapi capainnya tentu akan lebih baik dibanding tahun lalu. Sementara catatan investasi sektor sekunder tahun lalu memang tidak terlalu buruk karena lebih pada pemberian izin-izin baru," ujar Andry.