Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Wiko Migantoro mengatakan rencana perseroan untuk melantai di bursa efek masih belum rampung.
Wiko mengatakan rencana itu masih perlu dibahas lebih lanjut dengan Komisi VI terkait dengan sejumlah isu strategis soal pengelolaan sisi hulu bisnis PT Pertamina (Persero).
“Masih perlu pendalaman dengan Komisi VI,” kata Wiko saat ditemui selepas rapat kerja (Raker) dengan Komisi VI di DPR RI, Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Dia mengatakan perseroan masih belum dapat menyampaikan target perolehan dana yang akan dihimpun dari penawaran saham perdana ke publik tahun depan.
Kendati demikian, PHE dipastikan mematok kisaran saham yang ditawarkan berada di angka 10 persen hingga 15 persen.
Porsi penawaran itu diharapkan dapat meningkatkan diversifikasi pendanaan PHE yang selama ini bertumpu pada sokongan pembiayaan dari induk usaha.
Baca Juga
“Target perolehan belum ya, karena masih perlu pendalaman,” kata dia.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury membeberkan utang yang dimiliki subholding Upstream Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) telah mencapai US$4,5 miliar atau setara dengan Rp70,20 triliun kepada pihak ketiga hingga saat ini.
Besaran itu disampaikan Pahala saat menyampaikan rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) perusahaan pelat merah itu di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (7/12/2022).
“Saat ini total pembiayaan dari pihak ketiga khususnya dalam bentuk utang itu kurang lebih sekitar US$4,5 miliar dari sisi jumlah utang yang kita miliki sudah cukup besar,” kata Pahala.
Di sisi lain, Pahala menggarisbawahi, kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (Capex) PHE dari 2022 hingga 2024 diproyeksikan bakal menembus di angka US$15 miliar atau setara dengan Rp234,01 triliun.
“Jumlah yang besar tentunya kalau berharap dari sumber sumber cash internal itu tentunya kita akan membutuhkan pendanaan dari pihak ketiga termasuk perbankan dan pasar modal,” kata dia.