Bisnis.com, JAKARTA — Indeks manufaktur Indonesia bertahan di level ekspansif pada Maret. Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan mendorong industri manufaktur di Tanah Air meningkatkan laju pembelian bahan baku.
Nikkei mencatat indeks Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur nasional naik 120 basis poin dari level 50 ke level 51,2.
Ekonom utama IHS Markit Bernard Aw mengatakan sektor manufaktur Indonesia menutup kuartal pertama 2019 dengan sentimen positif. Indeks PMI, lanjutnya, menunjukkan perbaikan dalam kondisi bisnis. Data terakhir terlihat konsisten dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahunan sekitar 5%.
“Ekspektasi para pengusaha tetap positif dengan 43% total panelis memproyeksi adanya pertumbuhan volume produksi dalam 12 bulan ke depan. Para pengusaha juga meningkatkan aktivitas pembelian dan mengakumulasi penambahan bahan baku untuk mengantisipasi peningkatan penjualan,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (1/4/2019).
Dalam laporan tersebut tertulis bahwa optimisme para pelaku usaha pada tahun ini didasari oleh peningkatan penjualan, ekspansi bisnis yang sudah direncanakan, investasi tambahan dalam kapasitas produksi, usaha penjualan yang lebih, dan promosi. Selain itu, imbuhnya, penurunan inventori barang yang dikaitkan dengan ketepatan waktu pengiriman pesanan menujukan tren peningkatan penjualan akan berlanjut pada bulan depan.
Laju pertumbuhan aktivitas pembelian bahan baku nasional lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Di samping itu, laju pertumbuhan pembelian bahan baku oleh para pengusaha industri pada kuartal I/2019 menjadi yang paling cepat dalam 4,5 tahun terakhir.
Baca Juga
Nikkei menyatakan adanya penguatan kondisi permintaan pada bulan Maret. Permintaan baru naik secara bulanan walau nilai ekspor menurun. Menanggapi naiknya permintaan baru, volume produksi domestik naik untuk pertama kalinya pada tahun ini. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja pada sektor manufaktur meningkat. Hal tersebut membuat pengusaha industri dapat meningkatkan volume perkerjaan.
Bernard menyampaikan survey tersebut menujukan adanya penurunan harga bahan baku selama 8 tahu terakhir di tengah penguatan nilai tukar dan peningkatan pembelian bahan baku. Kenaikan harga penjualan, menurutnya, menjadi yang terlandai dalam 2,5 tahun ke belakang.