Bisnis.com, JAKARTA – Harga rumah Australia naik untuk bulan ketiga berturut-turut pada Desember, menutup tahun yang sulit dengan harga turun selama wabah Covid-19 pertama, dan kemudian pulih dengan kuat saat ekonomi dibuka kembali.
Nilai rumah di kota-kota besar naik 0,9 persen bulan lalu, data konsultan properti CoreLogic yang dirilis pada Senin (4/1/2021).
Sepanjang tahun lalu, harga rumah di Australia naik 2 persen, menepikan kekhawatiran bahwa nilai rumah anjlok setelah lockdown akibat virus corona yang mendorong Australia ke dalam resesi pertamanya dalam 3 dekade.
Australia bergabung dengan negara-negara seperti Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat, yang pasar propertinya justru melonjak selama pandemi, karena tingkat suku bunga terendah memicu permintaan dan mendorong pembeli bersaing untuk mendapatkan pasokan barang yang langka.
Keinginan untuk memiliki rumah yang lebih luas karena orang bekerja dari rumah juga meningkatkan harga.
"Rekor suku bunga rendah jadi kunci pendukung pasar perumahan, bersama dengan peningkatan kepercayaan konsumen yang spektakuler, karena lockdown dicabut dan perkiraan untuk kondisi ekonomi ternyata terlalu pesimis. Membatasi penyebaran virus penting bagi ketahanan ekonomi dan pasar perumahan," kata Tim Lawless, kepala penelitian CoreLogic.
Baca Juga
Dapat bekerja dari jarak jauh juga meningkatkan pasar properti di luar kota-kota besar. Harga rumah di daerah regional melonjak 6,9 persen pada 2020, lebih dari tiga kali lipat kenaikan harga di perkotaan.
"Peluang kerja jarak jauh menjadi lebih umum dan permintaan akan properti gaya hidup menjadi lebih populer, sehingga pasar perumahan di wilayah regional Australia melonjak," kata Lawless.
"Pasar perumahan regional umumnya berkinerja buruk dibandingkan dengan perkotaan selama dekade terakhir, tetapi pada 2020 nilai perumahan regional melonjak karena permintaan melebihi pasokan."