Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku bisnis dapat sedikit menghela napas setelah Inggris dan Uni Eropa menutup berbulan-bulan negosiasi yang alot dengan kesepakatan dagang.
Namun, sementara potensi tarif sangat mahal sudah dihindari, serangkaian standar dan hambatan peraturan tetap mengadang. Matahari pertama 2021 akan menjadi penanda hubungan baru Inggris dan UE.
Para negosiator kedua belah pihak mencapai kata sepakat pada malam sebelum perayaan Natal 2020, seminggu jelang Inggris secara resmi meninggalkan pasar tunggal Eropa.
Kesepakatan itu kemudian akan dibawa ke Parlemen Inggris pada 30 Desember mendatang dan hampir pasti akan disahkan menjadi undang-undang.
Jalan panjang proses perpisahan selama lebih dari empat tahun sejak referendum pada 2016 itu, akhirnya menemui titik terang. Dua persoalan pelik yang menjadi ganjalan di detik-detik terakhir negosiasi, telah terjembatani.
Pertama, akses UE ke perairan Inggris akan dipangkas 25 persen selama periode transisi 5 tahun ke depan. Setelah masa transisi selesai, akses kapal UE akan bergantung pada negosiasi tahunan.
Baca Juga
Kedua, masalah persaingan bisnis atau 'level playing field' antara lain menyepakati mekanisme penyeimbangan kembali untuk bidang-bidang seperti hak tenaga kerja. Mekanisme itu melibatkan arbitrase independen dan membebaskan Inggris dari yuridiksi Pengadilan Eropa.
"Itu adalah jalan panjang dan berliku, dan ini adalah kesepakatan yang seimbang, hal yang benar dan bertanggung jawab untuk dilakukan oleh kedua belah pihak," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dilansir Bloomberg, Minggu (27/12/2020).
Menteri Kantor Kabinet Inggris Michael Gove menyampaikan optimisme dengan mengatakan Inggris dan UE akan berada di bawah hubungan khusus sebagai hasil dari perjanjian dagang bersejarah itu.
Menurutnya setelah itu Inggris dapat mengembangkan pola kerja sama baru yang bersahabat dengan UE, antara dua kedaulatan yang sederajat.
Namun demikian, masih ada risiko bagi bisnis Inggris karena aturan baru yang akan mulai berlaku 1 Januari mendatang. Bagi dunia bisnis, kesepakatan ini melegakan karena menghindarkan mereka dari tarif yang sangat mahal sesuai ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Di sisi lain, untuk pertama kalinya dalam hampir 50 tahun terakhir, barang-barang dari Inggris akan menghadapi pemeriksaan pabean, aturan dan standar baru yang akan membebani ongkos bisnis.
Dilansir Wall Street Journal, pemerintah Inggris memperkirakan akan ada 215 juta lebih formulir bea cukai setahun, setara hampir 600.000 hari kerja yang akan membutuhkan waktu dan biaya untuk dikelola.
Beberapa organisasi perlu membayar biaya pemeriksaan, meminta izin impor, dan menentukan cara menghitung pajak pertambahan nilai.
Produk makanan Inggris dan ekspor hewan ke UE akan diperiksa pada saat kedatangan, ketika sejumlah keterampilan khusus untuk bidang tersebut tidak segera dilegitimasi.
Kelompok bisnis pun meminta lebih banyak waktu untuk mengatur perjanjian perdagangan baru itu.
Pedoman baru itu diperkirakan berisiko mengganggu perdagangan tahunan senilai US$590 miliar pada produk yang sebelumnya mengalir tanpa hambatan.
Kamar Dagang Amerika untuk UE juga meminta aturan baru untuk diterapkan secara bertahap untuk membantu pelaku usaha beradaptasi dengan ketentuan anyar.
Namun, ditanya mengenai kelonggaran yang layak bagi perusahaan, seorang pejabat Uni Eropa mengatakan tidak ada masa tenggang dalam perjanjian ini.
"Kami merasa bahwa bisnis telah mengalami banyak waktu untuk mempersiapkan ini," kata pejabat itu.
Sementara itu, seorang juru bicara pemerintah Inggris mengklaim sedang melakukan persiapan untuk modifikasi yang akan datang, termasuk investasi dalam posisi, inovasi teknologi, dan infrastruktur di perbatasan.
Dia juga menyatakan kontrol perbatasan akan diterapkan secara bertahap. Mengantisipasi penundaan di perbatasan, Delamere Dairy telah menimbun barang sejak November.
"Kami khawatir tentang kemungkinan gangguan di pelabuhan. Kami tidak ingin berada dalam antrean tujuh mil ketika kami membutuhkannya," kata Direktur Pelaksana Delamere Ed Salt.
Sebagian besar perusahaan yang berbasis di UE menjual lebih banyak produk ke Inggris daripada sebaliknya.
Namun perdagangan barang dengan UE berkontribusi sekitar 13 persen dari produk domestik bruto Inggris, dibandingkan dengan porsi sekitar 3 persen PDB Eropa dari perdagangan dengan negara itu.
Beberapa industri mungkin juga akan merasakan gangguan pada lebih dari US$88 miliar perdagangan mobil antara Inggris dan UE.
Inggris adalah pasar mobil dan truk terbesar UE. Sedangkan produsen mobil utama Inggris juga merakit kendaraan di Eropa.
Selama 12 bulan terakhir, sekitar 13 persen mobil yang diproduksi di Jerman masuk ke Inggris. Di sisi lain, Inggris adalah pasar Ford yang paling signifikan ke-3 secara global, menyumbang lebih dari 30 persen pendapatannya di Eropa.
Sementara itu, elemen buatan Inggris, termasuk mesin untuk kendaraan Ford, diekspor ke pabrik-pabrik Eropa yang menghasilkan mobil untuk dipasarkan ke seluruh dunia.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelum ini, dalam banyak kesempatan menolak gagasan memperpanjang periode transisi.
Pada Oktober lalu, secara dramatis dia menghentikan negosiasi dan mengatakan siap untuk melenggang tanpa kesepakatan.
Kini Johnson telah mengantongi apa yang awalnya siap untuk tidak dia miliki. Kini tantangannya adalah membuktikan bahwa segala pengorbanan selama ini, akan sepadan dengan keuntungan, kemandirian, dan kedaulatan yang dijanjikan sang arsitek Brexit itu.
"Semua orang perlu bersiap untuk menghadapi situasi tahun depan yang sangat berbeda dengan hari ini," kata pejabat UE.