Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mengalami tarik ulur perundingan, Inggris akhirnya meraih kesepakatan perdagangan bersejarah pasca-Brexit dengan Uni Eropa dan meletakkan dasar hubungan baru antara kedua belah pihak.
Dilansir dari Bloomberg, para negosiator mencapai kesepakatan yang akan menyelesaikan pemisahan Inggris dari Uni Eropa tepat pada Malam Natal, beberapa hari sebelum Inggris meninggalkan pasar tunggal dan serikat pabean UE.
Perjanjian tersebut akan mengizinkan perdagangan barang bebas tarif dan kuota setelah 31 Desember 2020, tetapi tidak akan berlaku untuk industri jasa atau sektor jasa keuangan. Seperti diketahui, sektor jasa berkontribusi sekitar 80 persen terhadap ekonomi Inggris.
Perusahaan yang mengekspor barang juga akan menghadapi perlombaan untuk mempersiapkan pengembalian bea cukai dan pemeriksaan perbatasan pada akhir tahun di tengah peringatan adanya gangguan di pelabuhan Inggris.
Perjanjian tersebut disepakati setelah tiga hari mengalami perundingan sengit, terutama antara Inggris dan Prancis, yang mengingatkan betapa cepat hambatan di perbatasan dapat menekan perdagangan internasional.
Setelah perundingan sengit sejak referendum Brexit pada 2016 silam, kesepakatan ini membentuk kerangka kerja baru untuk bisnis di kedua belah pihak dan membebaskan Parlemen Inggris kendala yang diberlakukan oleh keanggotaan UE.
Baca Juga
Bagi Boris Johnson, yang menjadi arsitek Brexit dan perdana menteri ketiga sejak referendum tahun 2016, kesepakatan ini menjadi titik pencapaian baru setelah 12 bulan setelah menjabat sebagai PM dengan janji untuk menyelesaikan Brexit.
Bisnis masih akan menghadapi pemeriksaan perbatasan yang dianggap masih belum siap, dan konsumen di Irlandia Utara menghadapi kemungkinan kekurangan beberapa barang karena perusahaan menyesuaikan dengan dokumen baru.
Di luar pasar tunggal UE, perusahaan jasa keuangan Inggris akan kehilangan akses yang memungkinkan mereka untuk menawarkan layanan mereka di seluruh blok dan menunggu apakah UE akan memberi mereka akses.
Hal itu memungkinkan Dublin, Frankfurt, Amsterdam, dan Paris untuk mulai mengurangi dominasi London sebagai pusat keuangan Eropa. Perusahaan dari JPMorgan Chase & Co. hingga Goldman Sachs Group Inc. adalah di antara perusahaan yang telah memindahkan sekitar 7.500 karyawan dan aset senilai US$1,6 triliun keluar dari Inggris karena Brexit.
Kesepakatan tersebut mengurangi beberapa kerugian ekonomi langsung yang dialami Inggris karena meninggalkan UE, bahkan jika pertumbuhan jangka panjang Inggris diperkirakan terhambat.
Bagi UE, tercapainya kesepakatan ini dapat menghindari rusaknya hubungan dengan tetangga diplomatik dan komersial utama selama bertahun-tahun, dan memberikan dasar untuk kerja sama lebih lanjut di masa depan.
Tidak seperti kesepakatan perdagangan serupa lainnya, perjanjian tersebut akan menetapkan kerangka kerja untuk standar umum dalam penerbangan, subsidi bisnis, hak tenaga kerja dan lingkungan, serta penegakan hukum.