Bisnis.com, JAKARTA - Di Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membanggakan kaum perempuan yang telah membantu negara di tengah pandemi Covid-19.
Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah harus melebarkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) karena ekonomi yang lesu. Dampaknya, kebijakan instrumen fiskal menjadi sebuah keniscayaan.
Ini membuat defisit semakin lebar. Dari 1,75 persen (Rp307,2 persen) menjadi 6,34 persen (Rp1.039,2 triliun).
“Sumbernya dari mana? Seolah-olah dari utang luar negeri saja. sebetulnya tidak,” katanya melalui diskusi virtual, Selasa (22/12/2020).
Sri menjelaskan bahwa sumber pembiayaan lebih besar dari dalam negeri. Karena yang dihadapi sangat luar biasa, dilakukan berbagai cara.
Pertama adalah burden sharing atau berbagi beban dengan Bank Indonesia (BI). Kementerian Keuangan bersama BI melakukan pengaturan pembelian surat utang dengan suku bunga 0 persen. Totalnya Rp395 triliun.
Baca Juga
Lalu tambah Sri Mulyani, ada pendanaan untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah maupun korporasi dengan jumlah hampir Rp180 triliun. Ini juga melalui surat utang yang dibeli BI dengan suku bunga 1 persen.
Pemerintah lanjut Sri Mulyani, juga mengeluarkan surat utang di dalam negeri. Pembelinya kebanyakan adalah perbankan Indonesia. Selanjutnya surat utang dengan denominasi dolar, euro, atau yen.
Untuk penerbitan surat utang negara di dalam negeri inilah ibu-ibu berkontribusi besar. Dengan jumlah Rp80 triliun secara retail, pembelian mayoritas dibeli kaum hawa.
“Sebesar 56 persen surat utang negara dibeli oleh ibu-ibu. Ini lebih banyak dari laki-laki,” jelas Sri Mulyani.