Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal terakhir tahun ini akan mengalami kontaksi -2,9 persen hingga -0,9 persen.
Sri Mulyani mengatakan sejumlah pengetatan aktivitas yang dilakukan pemerintah pada momentum libur Natal dan Tahun Baru akan menjadi salah satu penahan pemulihan ekonomi, sehingga diproyeksikan pertumbuhan pada kuartal IV/2020 akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
"Pada 2 minggu terakhir ini di satu sisi ada harapan terjadinya travelling, tapi karena kenaikan dari Covid-19, kemudian terjadi beberapa langkah untuk pengamanannya, mungkin akan menjadi salah satu penahan dari momentum pemulihan di kuartal IV ini," katanya, Senin (21/2/2020).
Sri Mulyani mengatakan pemulihan ekonomi yang masih akan berjalan lambat pada kuartal keempat tercermin dari konsumsi yang diperkirakan masih akan terkontraksi -3,6 persen hingga -2,6 persen.
Sementara itu, Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan minus 4,3 persen sampai minus 4 persen. Konsumsi pemerintah minus 3,6 persen. Ekspor di minus 2,6 persen hingga minus 0,6 persen dan impor minus 18,3 persen sampai minus 15,5 persen.
"Kuartal IV sedikit lebih baik dari kuartal ketiga, namun belum bisa mencapai level positif karena ada langkah-lagkah untuk menahan penyebaran Covid-19," jelasnya.
Adapun untuk keseluruhan tahun ini, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi akan terkontraksi sebesar -2,2 persen hingga -1,7 persen.
Baca Juga
Sebelumnya, pada Oktober lalu, pemerintah memperkirakan ekonomi tahun ini antara -1,7 persen hingga -0,6 persen.
"Untuk bulan ini kami merevisi menjadi -2,2 persen sampai -1,7 persen," katanya. Dia meyakini, pemulihan ekonomi Indonesia akan terus membaik sehingga akan mencapai pertumbuhan 5 persen pada 2021.