Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Cadangkan Rp54,4 Triliun untuk Vaksinasi Tahun Depan

Untuk memenuhi vaksinasi, setidaknya ada dua sumber pada tahun ini, yaitu yang ada di UU APBN 2020 dan dana PEN yang tidak bisa dieksekusi pada tahun ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan rancangan APBN 2021 dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/12/2020) / Foto: Kemenkeu RI

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengalokasikan anggaran sementara untuk vaksinasi senilai Rp54,4 triliun pada tahun depan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dana untuk memenuhi vaksinasi dalam rangka menekan penyebaran virus corona setidaknya ada dua sumber pada tahun ini, yaitu yang ada di UU APBN 2020 dan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang tidak bisa dieksekusi pada tahun ini.

"Dalam UU APBN ada anggaran vaksinasi Rp18 triliun dan dalam program PEN tahun ini anggaran kesehatan Rp95 triliun, ada Rp36,4 triliun yang tidak bisa dieksekusi tahun ini. Ini akan digunakan untuk vaksinasi," jelasnya dalam konferensi pers APBN Kita secara online, Senin (21/12/2020).

Dengan demikian, anggaran yang ada saat ini untuk vaksinasi senilai Rp54,4 triliun. Selain itu, Kemenkeu akan melihat ruang di seluruh kementerian dan lembaga, mana saja anggaran yang bisa dieksekusi untuk program vaksinasi.

Apalagi, berdasarkan instruksi Presiden Joko Widodo, seluruh kementerian dan lembaga harus memprioritaskan anggaran untuk penanganan Covid-19.

Adapun, terkait kebutuhan dana vaksinasi yang sepenuhnya ditanggung oleh negara alias gratis mulai 2021, Sri Mulyani menyatakan pihaknya masih menghitung.

Langkah pertama, Kemenkes akan melakukan penentuan target vaksinasi mengikuti rekomendasi WHO maupun persatuan ahli-ahli pandemi.

Kedua, akan dihitung dosis vaksin yang harus disuntikkan. Sri Mulyani menyebutkan rata-rata vaksin harus diberikan 2 kali. Dengan demikian, jika target pemberian vaksin 70 persen dari total penduduk Indonesia, maka harus disediakan 182 juta dikali dua untuk dosis.

Ketiga, pemerintah menghitung efektivitas dari vaksin tersebut, dan keempat, pemerintah menghitung dari sisi waste atau kemungkinan tidak bisa terdistribusi 100 persen. Pasalnya, dalam proses pengiriman, ada potensi kerusakan, apalagi Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas.

"Kalau sudah dihitung, kami juga akan hitung jumlah tenaga kerja dan penerima prioritas. Jika sudah, maka kami dapat hitungan dana yang dibutuhkan," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper