Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan tarif gas belum dirasakan oleh seluruh pabrikan keramik. Pasalnya, belum semua distributor menurunkan tarif gas ke level US$6 per MMBtu.
PT Surya Toto Indonesia Tbk. menyatakan bahwa dampak penurunan tarif gas belum berdampak signifikan bagi perseroan. Pasalnya, 50 persen pasokan gas yang diterima Toto masih di level US$8,9 per MMBtu.
"Selain dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk., perseroan juga mendapat suplai gas dari PT Enargasindo Heksa Karya yang mana tarifnya belum disesuaikan karena masih menunggu persetujuan dari Kementerian ESDM," kata Direktur Keuangan Toto Seta Budi Purwadi kepada Bisnis, Rabu (16/12/2020).
Budi menyatakan bahwa saat ini tarif yang dikenakan oleh PGN telah berada di level US$6 per MMBtu. Adapun, PGN memasok 50 persen dari kebutuhan gas Toto.
Walaupun setengah dari pasokan gas sudah turun, Budi menyatakan bahwa dampak implementasi Peraturan Pemerintah No. 40/2016 masih kecil. Menurutnya, dampak penurunan tarif gas pada biaya pemakaian gas hanya sekitar 1 persen.
"Karena sampai dengan Oktober 2020, Toto juga mengalami penurunan penjualan sekitar 22 persen dibanding 2019. [Alhasil,] pemakaian gas juga turun karena produksi turun," ucapnya.
Baca Juga
Selain dampak yang terbatas, Budi menyampaikan bahwa terlambatnya penurunan gas oleh Enargasindo membuat perseroan belum bisa menentukan strategi ekspansi 2021. Selain itu, lanjutnya, pemerintah dinilai masih akan membatasi kegiatan untuk membatasi penyebaran Covid-19 pada 2021.
Berkaitan dengan rencana pemerintah memulai program vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat luas sekitar kuartal II/2021, dia menilai hal itu belum menjadi katalis positif untuk membuat proyeksi produksi 2021.
"Kami belum tahu seberapa efektif vaksin Covid-19 dapat menurunkan risiko penularan. Berita tentang vaksin juga masih simpang siur. Sepanjang masih ada PSBB transisi, masih sulit [pasar keramik saniter nasional] untuk kembali normal" katanya.
Sebelumnya, Manager Marketing Department Toto Indonesia Rudianto mengatakan bahwa tren produksi keramik saniter pada tahun ini akan tetap didominasi oleh keramik saniter segmen menengah ke bawah dan bawah. Menurutnya, hal tersebut dimaksudkan mengakomodasi sebagian besar konsumen di dalam negeri yang belum menggunakan keramik saniter dan mengatasi pelemahan daya beli yang terus berlanjut.
Maka dari itu, Rudianto menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan ekspansi kapasitas terpasang dengan membangun sebuah pabrik di Gresik, Jawa Timur untuk menyasar pasar Indonesia bagian timur. Namun, pelemahan daya beli memuat pabrik tersebut tidak menggunakan seluruh lini produksinya.