Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Ubah Program Restrukturisasi Mesin IKM

Kementerian Perindustrian mengubah program restrukturisasi mesin untuk IKM, dengan menambah subsidi harga produk buatan dalam negeri untuk mendukung pertumbuhan industri kecil menengah pada 2021.
Pabrik pengolahan ikan. /KKP
Pabrik pengolahan ikan. /KKP

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian mengubah program restrukturisasi mesin untuk IKM, dengan menambah subsidi harga produk buatan dalam negeri untuk mendukung pertumbuhan industri kecil menengah pada 2021.

Program restrukturisasi mesin adalah program Kemenperin yang membantu IKM untuk membeli mesin. Pada 2020, bantuan yang diberikan adalah 30 persen dari total harga untuk pembelian mesin lokal, dan 25 persen untuk mesin impor dengan pagu bantuan senilai Rp300 juta.

"Program tersebut telah disesuaikan pada 2021," katanya dalam webinar bertajuk UMKM sebagai Penggerak Kebangkitan Ekonomi Nasional, Selasa (15/12/2020).

Bantuan subsidi harga pembelian mesin domestik dinaikkan menjadi 40 persen, tetapi pembelian mesin impor tidak berubah dari posisi 25 persen. Selain itu, pagu bantuan yang diberikan dinaikkan sekitar 66 persen menjadi Rp500 juta pada 2021.

Gati mengatakan hal tersebut dilakukan sebagai insentif bagi industri mesin di dalam negeri. "Penggunaan teknologi harus benar-benar diterapkan, [jadi] program restrukturisasi mesin kami tingkatkan."

Gati berpendapat adopsi teknologi sederhana oleh IKM menjadi penting untuk meningkatkan produktivitas. Pasalnya, produktivitas IKM saat ini masih sekitar 21,22 persen, sedangkan IKM mendominasi kontribusi pada total unit usaha industri maupun serapan tenaga kerja industri.

Berdasarkan data Kemenperin, IKM menyumbang 4,29 juta unit usaha industri atau 99,74 persen dari total unit usaha industri nasional. Sementara itu, IKM berkontribusi hingga 63,93 persen tenaga kerja industri atau hingga 10,56 juta tenaga kerja.

Selain dukungan subsidi harga mesin, Kemenperin akan menggenjot produktivitas industri kecil dan menengah (IKM) dengan bekerja sama dengan civitas akademika.

Pihaknya telah berdiskusi dengan sebuah asosiasi teknik untuk berkontribusi dalam mengawinkan civitas akademika dan IKM. Adapun, bentuk perkawinan yang diinginkan adalah civitas akademika menyelesaikan masalah produktivitas IKM.

"Yang namanya mahasiswa harus bikin tugas akhir, nanti tugas akhirnya menyelesaikan masalah IKM. Soal perjalanan kami yang fasilitasi, [selain itu] mereka tidak usah sibuk mencari judul," katanya.

Secara umum, Gati menilai salah satu tantangan IKM adalah adopsi teknologi dalam proses produksi maupun penjualan. Gati berujar pelatihan penjualan daring pada IKM tidak sekadar memberikan langkah membuka toko daring, namun meliputi pelatihan pembuatan kemasan, kesiapan produksi, strategi perluasan pasar, dan lain sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper