Bisnis.com, JAKARTA - Naiknya harga dan permintaan crude palm oil (CPO) diprediksi akan menjadi penyumbang surplus neraca perdagangan November 2020, di samping kinerja impor yang masih terkontraksi dalam.
Kepala Ekonom Bank BNI Mucharom memperkirakan neraca perdagangan pada November 2020 akan kembali mencetak surplus sebesar US$3,01 miliar.
Ekspor pada November 2020 diperkirakan sebesar US$14,46 miliar, atau naik dibandingkan dengan posisi Oktober 2020 sebesar US$14,39 miliar.
"Sedangkan impor November 2020 diprediksi sekitar US$11,45 miliar, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar US$10,78 miliar," katanya kepada Bisnis, Senin (14/12/2020).
Secara tahunan, Mucharom memperkirakan nilai ekspor pada November 2020 akan naik 3,7 persen (year-on-year/yoy), sementara impor masih terkontraksi -25,3 persen yoy.
Kenaikan ekspor secara tahunan ini ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 7,2 persen yoy.
Baca Juga
"Kenaikan ekspor nonmigas Indonesia pada November 2020 banyak didukung oleh kenaikan sebagian besar harga komoditas, terutama pada komoditas CPO," jelasnya.
Adapun, harga CPO tercatat naik 10,98 persen secara bulanan pada Oktober 2020 akibat turunnya produksi dan stok CPO Malaysia pada bulan Oktober.
Sementara itu, kata Mucharom, penurunan impor pada November ini disebabkan oleh penurunan impor migas dikarenakan penurunan harga minyak di Oktober 2020 dan belum pulihnya aktivitas masyarakat mengingat penambahan jumlah Covid-19 yang belum mencapai puncaknya.
"Sedangkan penurunan impor nonmigas November 2020 secara tahunan masih disebabkan belum kuatnya sektor manufaktur Indonesia untuk mencapai level ekspansi akibat masih tingginya penambahan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia," katanya.