Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga sejumlah komoditas pada November 2020 diperkirakan menjadi salah satu faktor berlanjutnya surplus neraca perdagangan.
Ekonom Bank Permata Josua pardede memprediksi surplus neraca perdagangan pada November 2020 akan tercatat sebesar US$3,11 miliar, lebih rendah jika dibandingkan dengan Oktober 2020 yang tercatat surplus US$3,61miliar.
"Penurunan surplus perdagangan dipengaruhi oleh laju impor bulanan tercatat 6,89 persen secara bulanan [month-to-month/mtm], sementara ekspor diperkirakan tumbuh 1,89 persen mtm," katanya kepada Bisnis, Minggu (13/12/2020).
Secara laju tahunan, Josua memperkirakan ekspor meningkat 4,95 persen (year-on-year/yoy), ditopang oleh kenaikan harga komoditas ekspor Indonesia, seperti CPO yang naik 14,45 persen mtm, batubara tercatat naik 9,15 persen mtm, dan karet alam naik 1,90 persen mtm.
Di samping itu, kata Josua, peningkatan harga komoditas ekspor juga didukung oleh peningkatan volume ekspor, yang terindikasi dari tren peningkatan aktivitas manufaktur dari negara mitra dagang utama Indonesia, di antaranya Amerika Serikat, China, dan Jepang.
Di sisi lain, Josua memperkirakan impor akan terkontraksi sebesar -24,85 persen yoy, sedangkan secara bulanan akan meningkay 6,89 persen mtm.
"Laju bulanan kinerja impor meningkat sejalan dengan peningkatan impor nonmigas, sejalan dengan aktivitas manufaktur domestik yang masuk dalam fase ekspansi pada November," jelasnya.
Dia menambahkan, impor migas juga berpotensi meningkat sejalan dengan peningkatan harga minyak mentah yang naik sebesar 5,06 persen mtm.