Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai korporasi nasional harus menyiapkan strategi untuk menghadapi dua skenario yang diperkirakan berpotensi terjadi pada 2021.
Hariyadi membagi 2 skenario bagi dunia usaha pada 2021 yang mesti menjadi landasan bagi korporasi nasional dalam menentukan langkah bisnis. Pertama, skenario optimistis dengan indikator vaksinasi berhasil penyebaran virus Covid-19 turun.
"Jika vaksinasi berhasil dan penyebaran virus [Covid-19] berhasil dalam proses menuju pemulihan kesehatan dan ekonomi, tentunya tidak ada masalah [bagi korporasi nasional tahun depan]. Namun, kalau yang terjadi sebaliknya, apa yang harus dilakukan?," ujar Hariyadi kepada Bisnis.com, Senin (14/12/2020).
Kedua, skenario pesimistis dengan indikator penyebaran virus Covid-19 melonjak hingga akhir tahun, distribusi vaksin lambat, level of confidence masyarakat menengah ke atas tidak pulih, serta kebijakan stimulus pemerintah tidak efektif.
Hariyadi berpendapat, jika skenario pesimistis tersebut terjadi, pelaku usaha tetap didorong untuk melakukan ekspansi pada 2021. Hal tersebut dimungkinkan, lanjutnya, seiring dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Ciptaker).
Terkait dengan upaya mendorong ekspansi tersebut, Hariyadi melihat sejumlah peluang yang belum dioptimalkan oleh pelaku usaha dalam negeri. Terutama, peluang yang bisa dimanfaatkan dari sumber daya alam (SDA) seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan.
Baca Juga
Dia menjelaskan sektor pangan menjadi peluang prioritas yang bisa disasar oleh korporasi nasional. Di samping untuk memenuhi pasokan dalam negeri, sektor pangan juga bisa didorong untuk dilepas ke pasar global.
"Misalnya, beras. Penghasil beras seperti Thailand dan Vietnam sebagai eksportir beras terbesar menghentikan ekspor beras karena pandemi. Mungkin Indonesia akan mengisi kekosongan pasar yang mereka tinggalkan. Semua yang terkait dengan optimalisasi SDA itu akan didorong," jelasnya.
Namun, kata Hariyadi, pemerintah harus turun tangan untuk menjauhkan sektor riil dan keuangan dari titik kolaps dengan meyakinkan masyarakat agar tidak memotong pengeluaran secara drastis tahun depan, terutama masyarakat kelas menengah atas.
Pelaku usaha berharap pemerintah memastikan masyarakat tetap bisa melakukan aktivitas meskipun ada keterbatasan akibat pandemi.
"Soalnya, kalau tahun depan permintan ikut-ikutan lesu seperti 10 bulan terakhir, berapa pun stimulus yang disiapkan oleh Pemerintah, tidak akan cukup untuk menahan dropnya ekonomi," tegasnya.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi 2021, Apindo memproyeksikan pertumbuhan di kisaran 3-5 persen. Pertumbuhan di bawah 3 persen disebut nyaris tidak mungkin karena tren ekonomi sudah mulai menunjukkan rebound.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen juga dinilai sulit untuk dicapai. Dengan demikian, angka yang paling realistis untuk pertumbuhan ekonomi 2021 adalah 3-5 persen. "Sepanjang kita bisa menggerakkan demand," sambungnya.