Bisnis.com, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021, dari yang sebelumnya 5,3 persen menjadi 4,5 persen.
Country Economist ADB for Indonesia Emma Allen mengatakan pemulihan ekonomi di Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun depan, namun harus tetap diantisipasi karena masih terus berlanjutnya penyebaran Covid-19.
Meski vaksin Covid-19 telah hadir di Indonesia pun, pihaknya juga masih melihat ketidakpastian yang tinggi. Apalagi menurutnya proses untuk melakukan vaksinasi membutuhkan waktu yang lama.
Sementara itu, untuk keseluruhan tahun ini Emma memproyeksikan ekonomi Indonesia akan terkontraksi pada kisaran -2,2 persen, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi yang masih berlanjut pada kuartal IV/2020.
"Kontraksi PDB riil diperkirakan akan melambat di kuartal IV/2020 dan akan terkontraksi sebesar -2,2 persen pada tahun 2020, sebelum meningkat menjadi 4,5 persen pada tahun 2021," katanya, Kamis (10/12/2020).
Emma mengatakan pemulihan pada 2021 akan didorong oleh meningkatya sektor konsumsi swasta, serta keyakinan konsumen yang diperkirakan akan kembali ke zona optimis.
Baca Juga
Di samping itu, dia mengatakan pemulihan juga akan didukung dengan membaiknya sentimen bisnis sebagai hasil dari reformasi iklim investasi, termasuk juga perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Lebih lanjut, diperkirakan pemulihan akan terus terjadi di negara-negara mitra dagang tama Indonesia, yang dibarengi dengan kenaikan harga komoditas internasional.
"Ini akan meningkatkan prospek ekspor Indonesia dan mendukung sektor manufaktur," jelasnya.
Sementara, dia memperkirakan permintaan domestik baru akan pulih secara menyeluruh pada 2022. Pemulihan tersebut menurutnya akan membantu mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke tingkat sebelum pandemi terjadi.
Proyeksi ini pun tercermin dari perkiraaan ADB terhadap inflasi yang1 masih akan tercatat rendah pada 2021, yaitu sebesar 2,4 persen. Sementara pada tahun ini inflasi diperkirakan sebesar 2,0 persen.