Bisnis.com, JAKARTA – Stok beras kelolaan Perum Bulog berada di posisi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena berpotensi memengaruhi psikologis pasar.
Per akhir November, stok beras yang dikelola BUMN pangan itu berjumlah 1,1 juta ton. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah stok pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 2,24 juta ton.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menyebutkan bahwa sejauh ini harga beras di pasaran cenderung stabil meski pasokan tidak banyak. Tetapi, dia melihat ada potensi harga yang naik.
“Apakah harga beras bisa menimbulkan persoalan [ketika permintaan naik], ini perlu melihat bagaimana penyaluran bantuan sosial ke masyarakat,” kata Mansuri kepada Bisnis, Senin (30/11/2020).
Berdasarkan laporan Perum Bulog, penyaluran beras untuk stabilisasi harga telah mencapai 918.000 ton. Penyaluran juga ditambah dengan distribusi bantuan sembako sebanyak 300.000 ton dan penyaluran program bantuan sosial beras dengan volume 450.000 ton.
“Jika [bansos] bisa meng-cover sebagian kebutuhan, harga beras bisa aman,” lanjutnya.
Baca Juga
Mansuri mengemukakan barang pokok yang memperlihatkan kenaikan cukup tinggi jelang akhir tahun di antaranya adalah cabai merah besar yang kini mencapai Rp53.000 per kg, cabai rawit merah yang bergerak dari Rp40.000 per kg pada pekan lalu menjadi Rp43.000 per kg, dan minyak goreng yang beranjak dari Rp13.900 per kg menjadi Rp14.300 per kg.
“Kami perkirakan permintaan akan meningkat mulai pertengahan Desember, padahal pasokan dan curah hujan bakal memengaruhi pasokan. Untuk saat ini bahkan pasokan sejumlah komoditas sudah menipis,” ujar Mansuri.
Dia pun mengharapkan distribusi barang pokok ini dapat dipastikan kelancarannya, disertai dengan produksi yang mumpuni demi menjaga stabilitas harga.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan kenaikan permintaan berpotensi kembali terjadi pada akhir tahun yang bersamaan dengan peringatan Natal dan Tahun Baru.
Namun, kondisi ini diperkirakan akan dibarengi dengan pasokan yang berkurang pada sejumlah komoditas seiring terbatasnya aktivitas produksi yang dilakukan petani sebagai efek dari insentif harga yang berkurang selama pandemi.
Adapun komoditas yang perlu menjadi perhatian dan berpotensi naik, menurut Agus, di antaranya adalah beras. Meski harga selama pandemi relatif stabil karena pasokan yang cukup dan didukung program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) beras medium oleh Perum Bulog, tetapi risiko kenaikan tetap perlu diwaspadai.
“Stok beras [cadangan beras pemerintah] Perum Bulog saat ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara kebutuhan penyaluran bantuan sosial masih tinggi,” kata Agus dalam keterangan resmi pekan lalu.
Selain beras, komoditas cabai merah dan bawang merah cenderung naik karena tren rendahnya pasokan pada akhir tahun dan mulai masuknya musim penghujan.
Harga minyak goreng pun cenderung naik akibat naiknya harga minyak sawit mentah (CPO). Meski demikian, dia memperkirakan harga minyak akan kembali pulih dalam beberapa waktu ke depan.