Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2020 diperkirakan kembali mencatatkan inflasi setelah mengalami inflasi tipis pada Oktober 2020 sebesar 0,07 persen secara bulanan.
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan inflasi pada periode November 2020 diproyeksi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, yang didorong oleh kenaikan harga komoditas pangan.
Di samping itu, peningkatan inflasi juga dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi yang mulai terjadi pada periode November, setelah pelonggaran penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid II.
"Daya beli perlahan meningkat. Aktivitas ekonomi masyarakat berpendapatan menengah bawah dan aktivitas UMKM membaik," katanya kepada Bisnis, Minggu (29/11/2020).
David memperkirakan inflasi pada November 2020 secara tahunan akan tercatat sebesar 1,53 persen year-on-year (yoy), sedangkan secara bulan 0,16 persen month-to-month (mtm).
Sementara itu, berdasarkan survei pemantauan harga pada pekan keempat November 2020, Bank Indonesia (BI) memperkirakan IHK bulan ini kembali mengalami inflasi, yaitu sebesar 0,25 persen mtm.
Baca Juga
"Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi November 2020 secara tahun kalender sebesar 1,21 persen ytd, dan secara tahunan sebesar 1,57 persen yoy," sebut Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko.
Dia memproyeksi penyumbang utama inflasi adalah daging ayam ras sebesar 0,10 persen mtm; telur ayam ras sebesar 0,05 persen mtm; bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,02 persen mtm; serta tomat, bawang putih, dan jeruk masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Di sisi lain, Onny menambahkan komoditas yang menyumbang deflasi berasal dari komoditas emas perhiasan sebesar 0,02 persen mtm dan tarif angkutan udara sebesar 0,01 persen mtm.