Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa stok beras pada akhir tahun secara akumulatif bakal mencapai 7,45 juta ton. Volume ini akan menjadi stok awal pada 2021.
Kementerian Pertanian menargetkan produksi beras nasional dapat mencapai 20 juta ton pada masa tanam pertama yang berlangsung mulai Oktober 2020 sampai Maret 2021. Ketersediaan beras pun dipastikan bakal memadai mengingat luas tanam ditaksir dapat mencapai 8,2 juta hektare (ha) selama periode ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan potensi produksi beras nasional bakal mencapai 31,63 juta ton. Dengan stok awal tahun sebesar 5,9 juta ton dan konsumsi sebesar 30,08 juta ton, Syahrul menyebutkan stok sampai akhir tahun bakal melampaui 7 juta ton.
“Dengan konsumsi tahun ini sebesar 30,08 juta ton, lalu diprediksi stok akhir beras nasional kita 7,45 juta ton," kata Syahrul di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Menghadapi 2021, Syahrul memaparkan target luas tanam bakal diperoleh lewat penanaman di lahan seluas 700.000 ha pada Oktober, 900.000 ha pada November, dan 1,9 juta ha sepanjang Desember.
Peningkatan luas panen juga akan dimulai pada Januari 2021 dengan luas 2,16 juta ha, pada Februari di lahan seluas 1,2 juta ha, dan pada Maret di lahan seluas 1,01 juta ha.
Baca Juga
Meski optimistis dengan pasokan beras, Syahrul tak memungkiri jika Indonesia bakal menghadapi tantangan iklim dengan perkiraan curah hujan yang lebih tinggi akibat fenomena La Nina.
Oleh karena itu, dia mengemukakan bahwa Kementerian Pertanian telah mengambil langkah antisipasi seperti pemetaan wilayah rawan banjir dan memastikan ketersediaan fasilitas pengolahan beras seperti pengering tersedia untuk proses pascapanen.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengemukakan bahwa bencana alam banjir setidaknya mengakibatkan 30.000 sampai 50.000 ha lahan mengalami gagal panen. Jumlah ini setara dengan 0,43 persen dari luas panen.