Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI)menyebutkan, perbaikan perekonomian global berlanjut setelah pada kuartal III/2020 tumbuh lebih baik. Banyak negara mulai membaik didorong oleh stimulus kebijakan dan peningkatan mobilitas.
Direktur Eksekutif Informasi BI Onny Widjanarko mengatakan sejumlah indikator dini pada Oktober mengindikasikan perbaikan ekonomi global yang berlanjut.
“Hal ini tercermin dari mobilitas masyarakat yang meningkat, ekspansi purchasing managers index (PMI) Manufaktur dan Jasa yang berlanjut di Amerika Serikat (AS) dan China, serta keyakinan konsumen dan bisnis yang membaik di AS dan kawasan Eropa,” katanya seperti dikutip dari situs resmi BI, Jumat (27/11/2020).
Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global menurun didorong oleh ekspektasi positif terhadap prospek perekonomian global dan ketidakpastian pemilu AS yang mereda. Perkembangan ini kembali meningkatkan aliran modal ke negara berkembang dan mendorong penguatan mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia.
Pada saat yang sama BI menilai ekonomi domestik juga membaik. Ini sejalan dengan peningkatan realisasi stimulus fiskal dan mobilitas masyarakat, serta permintaan global. Peningkatan realisasi stimulus dan mobilitas menopang perbaikan permintaan domestik secara bertahap, baik konsumsi maupun investasi.
Sementara itu, kinerja ekspor juga membaik, didorong oleh permintaan global terutama dari AS dan Tiongkok. Perbaikan ekonomi domestik yang terus berlanjut tercermin pada perkembangan positif sejumlah indikator pada Oktober 2020, seperti mobilitas masyarakat, penjualan eceran nonmakanan dan online, PMI Manufaktur, serta pendapatan masyarakat.
Baca Juga
Pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat di 2021 didorong oleh perekonomian global yang membaik serta akselerasi realisasi anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kemajuan dalam program restrukturisasi kredit, serta stimulus moneter dan makroprudensial BI yang berlanjut.
Stabilitas ekonomi Indonesia pun terang Onny tetap terjaga. Hal itu tercermin pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat surplus, cadangan devisa yang tetap tinggi, dan nilai tukar Rupiah yang menguat didukung langkah-langkah stabilisasi BI dan berlanjutnya aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik.
“Sementara itu, inflasi tetap rendah sejalan permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai. Sejalan dengan kebijakan akomodatif yang ditempuh Bank Indonesia, kondisi likuiditas tetap longgar sehingga mendorong suku bunga terus menurun dan mendukung pembiayaan perekonomian,” ucapnya.
Sebelumnya, BI memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen setelah melihat kondisi ekonomi global dan nasional.
Onny mengatakan bahwa keputusan tersebut mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
“BI tetap berkomitmen untuk mendukung penyediaan likuiditas, termasuk dukungan BI kepada pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN 2020 guna mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19. Demikian intisari Laporan Kebijakan Moneter triwulan III/2020,” katanya.