Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 pada hari ini, 5 November 2020, pukul 11.00 WIB.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 masih akan berada dalam level kontraksi, yaitu minus 3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Artinya, ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga ini akan memasuki fase resesi, karena sebelumnya pada kuartal II/2020, ekonomi tercatat telah tumbuh negatif, sebesar 5,32 persen yoy.
Sejumlah ekonom memproyeksikan kontraksi ekonomi tidak jauh dari proyeksi Presiden Jokowi, pada rentang 3 persen. Namun, sejumah ekonom juga ada yang memperkirakan kontraksi akan tercatat lebih dalam dari proyeksi tersebut.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan ekonomi kuartal III akan berada pada rentang -3 hingga -4 persen.
Menurut Yusuf, kondisi ekonomi pada periode tersebut memang mulai terlihat membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, namun perbaikan masih sangat terbatas.
"Kalau melihat dari perbaikannya dibandingkan kuartal II perbaikan pertumbuhan ini masih berada di level marginal atau sangat tipis," katanya.
Yusuf mengatakan, banyak faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi, khususnya konsumsi rumah tangga, salah satunya disebabkan oleh kasus Covid-19 yang masih relatif tinggi di Indonesia.
Hal ini memengaruhi psikologi konsumen, terutama konsumen kelas atas sehingga mereka belum bisa melakukan aktivitas ekononmi secara leluasa.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan ekonomi kuartal III/2020 akan tercatat minus 3,09 persen yoy.
Menurutnya, salah satu sektor yang memegang porsi terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yaitu konsumsi rumah tangga, masih akan terkontraksi dalam karena daya beli yang tertekan akibat pandemi Covid-19, sebaliknya ekonomi akan lebih terdorong oleh sektor konsumsi pemerintah.
"Triwulan II diproyeksikan hampir semua sektor negatif, kecuali konsumsi pemerintah," katanya kepada Bisnis, Selasa (4/11/2020).
Senada, Danareksa Research Institute memperkirakan ekonmi Indonesia kuartal III akan terkontraksi pada kisaran -2,48 persen, pendorong utama yaitu pengeluaran pemerintah, khususnya yang terkait dengan belanja program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Chief Economist Danareksa Research Institute Moekti P. Soejachmoen mengatakan konsumsi rumah tangga pada kuartal III akan tumbuh positif 0,85 persen jika dibandingkan dengan kuartal II. Namun jika dibandingkan secara tahunan, konsumsi rumah tangga masih akan terkontraksi -9,64 persen yoy.
"Pemulihan ekonomi akan bergantung pada keyakinan masyarakat untuk kembali beraktivitas seperti sebelum pandemi, ketersediaan vaksin Covid-19 yang aman, dan implementasi program PEN yang efektif," katanya.
Di sisi lain, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi memprediksi kontraksi ekonomi pada kuartal III akan lebih dalam dari proyeksi pemerintah.
"IKS memperkirakan angka tahunan [yoy] pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 3/2020 sebesar -4,5 persen," katanya.
Namun secara kuartalan, Eric mengatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh positif pada kisaran 4 persen. Pertumbuhan ini menurutnya terutama disebabkan oleh pembukaan kembali sektor-sektor perekonomian secara bertahap pada periode tersebut.