Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan penjualan fast moving consumer goods (FMCG) pada 2021 diprediksi sangat bergantung pada performa di general trade atau toko tradisional.
Penjualan di segmen ini tercatat mengalami kontraksi dalam lantaran daya beli kelompok menengah ke bawah yang kehilangan daya beli.
Staf Ahli Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dan pengamat ritel Yongky Susilo mengatakan dengan jumlah toko mencapai 3,5 juta unit secara nasional, kontribusi penjualan FMCG di general trade menyumbang sampai 65 persen setiap tahunnya.
Namun dengan kontribusi yang besar tersebut, penjualannya justru tumbuh negatif.
“FMCG secara umum memang lebih resilient. Tapi penjualan tradisional di kelas menengah bawah tidak tumbuh. Sementara modern trade sempat tumbuh di awal, namun di kuartal III tipis sekali karena ada PSBB,” kata Yongky saat dihubungi, Rabu (4/11/2020).
Kendati demikian, dia meyakini pada 2021 penjualan pada segmen general trade dan modern trade bakal segera membaik didukung dengan optimisme vaksin Covid-19 serta kemudahan berusaha yang ditawarkan Undang-Undang Cipta Kerja.
Baca Juga
Dia pun mencatat kepercayaan konsumen mulai memperlihatkan tren perbaikan pada kuartal IV.
“Tapi untuk general trade akan pulih lebih lambat, karena tergantung pendapatan konsumen kelas menengah ke bawah. Sementara modern trade bisa bounce back karena ada kepercayaan yang mulai pulih,” lanjut Yongky.
Yongky mencatat pertumbuhan penjualan di toko tradisional mengalami penurunan sebesar -12 persen selama Januari-September 2020. Sementara untuk penjualan di segmen toko modern masih tumbuh sebesar 2 persen.
Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebutkan bahwa penjualan ritel FMCG pada 2021 akan banyak didorong oleh pemulihan kepercayaan konsumen kelas menengah ke atas.
Di sisi lain, optimisme atas distribusi vaksin pun dia yakini bakal mendorong konsumsi rumah tangga karena diiringi dengan mobilitas masyarakat ke pusat perbelanjaan.
“Bagaimanapun FMCG ini tetap resilient karena pasarnya besar di Indonesia dengan 270 juta penduduk. Ritel sektor ini lebih terjaga dibandingkan fesyen yang sifatnya bukan kebutuhan pokok,” kata Bhima.
Bhima pun memperkirakan penjualan barang konsumsi di pusat perbelanjaan, baik toko modern maupun tradisional bakal tetap mendominasi dibandingkan dengan penjualan secara daring.
Meski terdapat kenaikan penjualan online, dia memperkirakan belanja dalam skala besar tetap akan dilakukan masyarakat secara langsung.