Bisnis.com, JAKARTA – PT Angkasa Pura I menyusun pendekatan yang berbeda untuk memulihkan penerbangan di setiap bandara yang dikelola sesuai dengan rencana ekspansi dan kebutuhan untuk menggerakkan ekonomi.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I Devy Suradji menyampaikan pemulihan tidak hanya dilakukan dengan menggandeng otoritas penerbangan tetapi juga sejumlah mitra lainnya.
Dia menyebutkan saat ini salah satu bandara yang sedang didorong dengan pendekatan kampanye terbang dengan sehat adalah bandara di Yogyakarta. Dia memberikan contoh untuk bandara di Yogyakarta tidak ada persoalan dari sisi pergerakan tetapi lebih kepada tingkat kepercayaan masyarakat untuk terbang.
“Setiap daerah berbeda pendekatannya. Jogja sudah ramai jadi bukan masalah mendatangkan orang ke Jogja karena semua pasti akan ke Jogja. Namun, bagaimana menerjemahkan enam jam perlanan darat dari Jakarta jangan sampai nanti sama saja dengan enam jam di pesawat dari soal dokumen hingga prosedurnya,” jelasnya, Senin (26/10/2020).
Pendekatan yang dibangun adalah dengan mewadahi untuk kesenian, Bandara Internasional Yogyakarta juga merupakan wadah bagi para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Devy juga menjabarkan sejumlah upaya yang dilakukan tidak pernah berhenti termasuk membangun koridor inisiatif yang aman bersama dengan kementerian pariwisata. Hasilnya, Kementerian Pariwisata telah menyiapkan jalur hijau atau green zone di Nusa Dua.
Baca Juga
Sebaliknya, untuk bandara-bandara lainnya yang saat ini sedang dilakukan penambahan kapasitas, perseroan menggunakan pendekatan berbeda.
Salah satunya adalah AP I yang tidak terlalu fokus di Makassar dan Manado dari sisi pergerakan. Fokus utama AP I adalah menyelesaikan pengembangan dan penambahan kapasitasnya terlebih dahulu.
Cara berbeda juga dilakukan untuk bandara di Nusa Tenggara Timur yang tengah dikemas sebagai pintu masuknya pariwisata menuju kepulauan kecil lainnya di NTT.
“Setiap daerah mengemasnya nggak sama bergantung kebutuhan dari daerah tersebut. Bali nggak mungkin sama dengan Yogyakarta tetapi lebih kepada kerja sama stakeholder pariwisata yang terdampak. Kalau Yogyakarta okupansi hotel sudah cukup penuh dibandingkan dengan Bali,”imbuhnya.
Mendekati libur akhir pekan Oktober ini, AP I pun memprediksi adanya lonjakan penumpang dan pergerakan pesawat. Arus keberangkatan diperkirakan akan terjadi pada Rabu (27/10/2020) hingga Kamis (28/10/2020). Sementara, arus kedatangan diprediksi akan terjadi pada 1 November 2020.
Peningkatan trafik penumpang ini disebabkan oleh adanya kebijakan penghapusan Passenger Service Charge (PSC) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Dirinya memprediksikan adanya peningkatan trafik hingga 20 persen karena lonjakan pada akhir Oktober dan 44 persen di akhir tahun.
Berdasarkan data kelolaan AP I hingga saat ini jumlah penumpangnya telah mencapai hingga 29 persen menjelang libur panjang.