Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis properti subsektor perumahan di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) dan Banten mengalami penurunan dari segi nilai dan jumlah unit yang dijual pada kuartal III tahun ini.
CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan pada kuartal III nilai penjualan pasar perumahan di Jabodebek dan Banten turun 17,4 persen dengan nilai Rp1,07 triliun dari kuartal II yang naik 81,4 persen setelah kuartal I turun 50,1 persen.
Menurut dia, pada kuartal I ini, kondisi properti hunian jatuh karena pengetatan PSBB akhir Maret, lalu pada kuartal II naik double, tetapi pada kuartal III pasar jatuh lagi meski tidak terlalu dalam di angka 17,4 persen.
“Pergerakan bisnis properti belum stabil, masih turun naik dan belum tahu seperti apa kelanjutannya," ujarnya dalam acara ProlabTalks Episode 6 Realese Perdana Survei Perumahan Jabodebek-Banten Kuartal III/2020 pada Selasa (13/10/2020) malam.
Dari sisi unit yang terjual, pada kuartal III/2020, penjualan unit perumahan di Jabobedek-Banten turun 31,3 persen menjadi 1.594 unit dari kuartal II sebanyak 2.319 unit. Adapun angka penjualan unit rumah pada kuartal II naik 88,7 persen dari kuartal I yang 1.229 unit.
"Jumlah unit yang terjual di pasar perumahan Jabodebek-Banten turun 31,3 persen, lebih tinggi dari nilai penjualan, ini menggambarkan tipe besar lebih banyak terjual dibandingkan dengan tipe bawahnya," kata Ali.
Baca Juga
Dia menambahkan riset ini menggambarkan umum pasar properti di Indonesia, meskipun benchmark-nya wilayah Jabodebek-Banten.
"Jadi, kalau Jabodebek-Banten bagus, daerah lain juga relatif bagus kondisinya. Kalau Jabodebek-Banten jelek, ya daerah lain juga terimbas kecuali perumahan menengah bawah," tutur Ali.
Data pasar perumahan Jabodebek-Banten kuartal III/2020 ini berasal dari hasil survei IPW terhadap 60 pengembang di wilayah tersebut.