Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ironis, Indonesia Subur Tapi Pengimpor Kakao

Indonesia merupakan negeri dengan tanah subur. Akan tetapi, nyatanya impor biji kakao mencapai 234.000 ton untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan pangan di dalam negeri.
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia merupakan negeri dengan tanah subur. Akan tetapi, nyatanya impor biji kakao mencapai 234.000 ton untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan pangan di dalam negeri.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan impor disebabkan karena kebutuhan yang besar tidak bisa dipenuhi sepenuhnya dari pasokan dalam negeri. Hal ini lantaran rendahnya produktivitas petani kakao. Seperti diketahui, produktivitas petani kakao saat ini ada di kisaran 0,7-0,8 ton per hektar.

"Salah satu sebab rendahnya produktivitas petani kakao saat ini adalah bibit yang berkualitas. Kemampuan budaya dan keterampilan petani [kakao lokal] juga terbatas. Kalau terserang hama sedikit, dia kesulitan," ucapnya, Rabu (8/10/2020).

Adapun, impor biji kakao per 2019 mencapai sekitar 234.000 ton. Dengan kata lain, butuh setidaknya 292.000 hektar kebun kakao atau lebih dari 190 juta bibit kakao dengan produktivitas saat ini untuk menghilangkan seluruh impor biji kakao.

Menteri Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya telah menyiapkan 1 juta bibit kakao yang siap untuk ditanam untuk mewujudkan komitmen meningkatkan pasokan biji kakao di dalam negeri pada industri pengolahan.

Adapun, pihaknya akan melakukan pertemuan dengan Kementerian Perindustrian dalam waktu dekat terkait peningkatan pasokan bahan baku industri kakao tersebut. "2,5 tahun dari sekarang kita bisa tunjuk hasil kerjanya. Saya tidak pakai teori lagi, teori sudah banyak," katanya.

Selain Kementerian Perindustrian, Yasin mengajak PT Mondelez Indonesia Manufacturing untuk berpartisipasi dalam penanaman 1 juta bibit tersebut. Adapun, pertemuan tersebut akan mendiskusikan off-taker dan lokasi penanaman 1 juta bibit kakao tersebut.

Di samping itu, Yasin menargetkan agar program tersebut dapat terlaksana paling lambat awal 2021. "Kita punya 3 bulan untuk merencanakan ini dan saya siap."

Jika 1 hektar kebun kakao bisa ditanami 600-700 pohon kakao, akan ada sekitar 1.500 hektar kebun kakao baru dengan program tersebut. Namun, hanya akan ada sekitar 1.230 ton kakao baru jika produktivitas kebun kakao masih di kisaran 0,8 ton per hektar seperti saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper