Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Pertumbuhan Industri Mamin Dikoreksi Lagi

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) pada tahun ini.
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) pada tahun ini.

Sebelumnya, Kemenperin meramalkan industri mamin akan tumbuh hingga 9 persen pada akhir 2020 atau lebih tinggi dari realisasi 2019 yakni 7,9 persen. Namun, Kemenperin terpaksa menurunkan proyeksi tersebut ke level 4 persen karena pandemi Covid-19.

"Sampai akhir tahun mungkin sekitar 3 persen. Karena beberapa kali kunjungan [ke pabrikan], industri mamin [sudah merasakan] rebound pada Juni 2020. Melihat itu, mudah-mudahan [tumbuh] 3 persen, mungkin tidak 4 persen," ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim kepada Bisnis, Rabu (30/9/2020).

Seperti diketahui, Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia mulai berakselerasi pada Juni 2020 ke level 39,1 poin atau naik 10,1 poin index dari bulan sebelumnya. Sejak Juni pergerakan PMI Indonesia terus berakselerasi sampai menyentuh level 50,8 per Agustus 2020.

Rochim menduga akselerasi PMI Indonesia tersebut utamanya didorong oleh industri mamin. Pasalnya, protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai dilonggarkna per Juni yang membuat mobilitas masyarakat dan konsumsi produk mamin berangsur normal.

Rochim optiistis PMI Indonesia pada akhir kuartal III/2020 akan kembali berada di atas level 50,0. Walakin, Rochim berujar harus ada revisi PSBB yang dilakukan di beberapa daerah agar tren PMIpositif tersebut dapat terjaga hingga akhir tahun.

"Jangan PSBB terlalu ketat. [Lakukan PSBB] di wilayah kecil saja, yang di situ merah. Kalau [PSBB] penuh, restoran tidak ada [pelangganya], apalagi [industri] mamin kan [pertumbuhannya] di restoran," ucapnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minduman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman pertumbuhan volume produksi industri mamin masih akan positif, namun sulit menyentuh target tengah 2020 di level 4 persen.

Adhi berpendapat walaupun ada lonjakan permintaan pada kuartal IV/2020 karena tanggal merah, pertumbuhan 4 persen di akhir 2020 masih sulit dicapai.

"Saya optimis positif [pertumbuhan volume produksi, tapi] masih di bawah 4 persen. Kayaknya berat [untuk menyentuh 4 persen] karena situasi global dan situasi ekonomi [nasional] tidak memungkinkan," ucapnya kepada Bisnis.

Pasalnya, pabrikan mengurangi konsumsi bahan baku lantaran utilisasi pabrikan pun terpukul ke kisaran 60-70 persen akibat pandemi Covid-19. Alhasil, serapan bahhan baku di industri mamin yang notabenenya sudah cukup terintegrasi berkurang.

Gapmmi mencatat izin impor yang dikeluarkan hanya 248.800 ton. Dengan kata lain, realisasi izin impor garam pada tahun ini hanya mencapai sekitar 467.800 ton atau naik sekitar 41,75 persen dari realisasi 2019 di sekitar 330.000 ton.

Walaupun realisasi penerbitan izin impor garam naik, perlu dicatat realisasi penerbitan izin pada 2019 lebih rendah 40 persen dari persetujuan awal 550.000 ton. Adapun, tahun ini realisasi izin impor lebih rendah 11,73 persen dari persetujuan awal tahun yakni 530.000 ton.

Meskipun penerbitan izin impor lebih rendah dari rekomendasi, Adhi optimistis kebutuhan pabrikan akan tercukupi melihat kondisi saat ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper