Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Impor Garam Susut, Industri Mamin Yakin Cukup

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, rekomendasi impor garam yang diberikan untuk industri aneka pangan sebesar 543.785 ton untuk 2020.
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri makanan dan minuman (mamin) menilai ketersediaan garam akan cukup sampai akhir 2020, meski izin yang dikeluarkan lebih rendah dari rekomendasi awal tahun.

Pasalnya, turunnya permintaan membuat pabrikan mengurangi kebutuhan bahan baku. 

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mendata izin impor garam untuk kuartal IV/2020 telah terbit walau lebih rendah sekitar 20 persen dari rekomendasi awal tahun.

Dengan kata lain, izin impor garam untuk semester II/2020 lebih rendah sekitar 10 persen dari rekomendasi. 

"Perkembangan laporan terakhir, [ketersediaan garam industri sampai Desember 2020] masih masuk ini, dan perkiraan masih cukup kecuali pada Oktober 2020 ada perkembangan lain, [baru] akan dievaluasi nanti," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman kepada Bisnis, Selasa (29/9/2020). 

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, rekomendasi impor garam yang diberikan untuk industri aneka pangan sebesar 543.785 ton untuk 2020. Tetapi, izin impor garam yang disetujui dalam rapat koordinasi antara kementerian adalah 530.000 ton. 

Untuk semester I/2020, izin impor dikeluarkan pada 10 Maret 2020 sebanyak 219.000 ton. Alhasil, idealnya izin impor yang dikeluarkan untuk semester II/2020 adalah 311.000 ton. 

Namun demikian, Gapmmi mencatat izin impor yang dikeluarkan hanya sekitar 248.800 ton. Dengan kata lain, realisasi izin impor garam pada tahun ini hanya mencapai sekitar 467.800 ton atau naik sekitar 41,75 persen dari realisasi 2019 di sekitar 330.000 ton. 

Walaupun realisasi penerbitan izin impor garam naik, perlu dicatat realisasi penerbitan izin pada 2019 lebih rendah 40 persen dari persetujuan awal sebanyak 550.000 ton. Adapun, tahun ini realisasi izin impor lebih rendah sekitar 11,73 persen dari persetujuan awal tahun yakni 530.000 ton.  

Meskipun penerbitan izin impor lebih rendah dari rekomendasi, Adhi optimistis kebutuhan pabrikan akan tercukupi melihat kondisi saat ini.

Menurutnya, pabrikan mengurangi konsumsi bahan baku lantaran utilisasi pabrikan pun terpukul ke kisaran 60-70 persen akibat pandemi Covid-19. 

Oleh karena itu, Adhi meramalkan pertumbuhan volume produksi industri mamin masih akan positif, tetapi sulit menyentuh target tengah 2020 di level 4 persen.

Adhi berpendapat walaupun ada lonjakan permintaan pada kuartal IV/2020 karena tanggal merah, pertumbuhan 4 persen di akhir 2020 masih sulit dicapai. 

"Saya optimis positif [pertumbuhan volume produksi, tapi] masih di bawah 4 persen. Kayaknya berat [untuk menyentuh 4 persen] karena situasi global dan situasi ekonomi [nasional] tidak memungkinkan," ucapnya. 

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian masih optimistis industri makanan dan minuman yang masuk dalam kategori permintaan tinggi selama pandemi Covid-19 ini akan mencetak pertumbuhan 3-4 persen tahun ini.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengatakan pihaknya telah bertemu dengan pelaku usaha dan asosiasi yang menunjukkan peningkatan kinerja industri makanan dan minuman pada Juli.

"Pertumbuhan industri makanan dan minuman sepanjang tahun ini diprediksi mencapai 3-4 persen," katanya.

Kemenperin mencatat pada kuartal I/2020, sektor industri makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 36,4 persen terhadap PDB manufaktur. Pada periode yang sama, pertumbuhan sektor industri ini mencapai 3,9 persen.

Pada semester I/2020, industri ini memberikan sumbangsih paling besar terhadap capaian nilai ekspor pada sektor manufaktur, dengan angka menembus US$13,73 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper