Bisnis.com, JAKARTA - Jasa kurir yang dapat bertumbuh di tengah pandemi bahkan melakukan ekspansi sangat bergantung pada produk dan model bisnisnya, terutama seberapa jauh digitalisasi telah dilaksanakan jasa pengiriman tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Ilham Masita mengatakan perusahaan jasa pengiriman yang bisa bertahan bahkan berkembang di masa pandemi Covid-19 dan periode PSBB sangat bergantung penerapan digitalisasi masing-masing.
"Perusahan jasa pengiriman yang bisa survive dan bahkan berkembang memang tergantung dengan produk atau model delivery-nya, apakah cocok dengan perilaku konsumen pada masa pandemi atau tidak. Kesiapan dari sistem perusahaan kurir tersebut apakah sebelum pandemi sudah melakukan digitalisasi di semua lini proses bisnisnya atau belum," jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (28/9/2020).
Lebih lanjut, dia mencontohkan perusahaan kurir yang hanya mengandalkan konsumen datang ke counter atau agen akan mulai ditinggalkan para pelanggannya. Pasalnya, saat ini konsumen butuh barang dijemput untuk menghindari kerumunan atau larangan keluar rumah.
Selain itu, ketika proses operasinya masih mengandalkan manual sorting atau penyortiran oleh manusia dan belum melakukan otomasi, perusahaan akan kesulitan karena ada pembatasan jumlah orang di suatu lokasi hanya boleh maksimum kapasitas 50 persen.
"Menurut saya, dalam pandemi ini akan terlihat perusahan logistik mana yang sudah melakukan transformasi digital dan mana yang belum. Saat ini yang belum pasti akan adanya jasa kurir yang tertinggal," paparnya.
Baca Juga
Kemungkinan adanya jasa kurir yang tertinggal terangnya, karena pasar dari jasa pengiriman juga berkurang akibat melemahnya daya beli masyarakat dan persaingan sangat ketat.
"Perusahaan jasa pengiriman yang sudah melakukan pekerjaan rumahnya untuk melakukan digitalisasi sebelum pandemi bisa memetik hasilnya sekarang," ungkapnya.