Bisnis.com, JAKARTA-- Kalangan akademisi menilai sejumlah infrastruktur yang masuk dalam kategori vital seperti hunian, konektivitas, dan transportasi harus dibangun dengan sistem tahan gempa.
Profesor Satryo Sumantri Brojonegoro, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menjelaskan Indonesia berada di posisi rawan gempa karena ada 9.000 jalur gempa di wilayah Tanah Air.
"Jadi tidak heran Indonesia paling rawan terpapar gempa. Karena itu kesiagaan terhadap gempa harus disiapkan, mitigasi gempa dilakukan dengan cara penguatan bangunan serta infrastruktur tidak hanya di perkotaan tapi semua infrastruktur nasional, khususnya infrastruktur hunian, konektivitas, dan transportasi," ujarnya dalam pembukaan Lokakarya Virtual Megastruktur dan Infrastruktur Tahan Gempa Indonesia Karya Anak Bangsa, Kamis (24/9/2020).
Untuk merealisasikan hal itu, Profesor Satryo menilai diperlukan percepatan serta pengembangan inovasi secara terus menerus dan dan mengidentifikasi potensi bahaya dari bencana alam lainnya.
Selain itu juga diperlukan inovasi dalam desain serta perlu penerapan yang canggih dalam mewujudkan karya sistem tahan gempa yang aplikatif sampai ke lokasi terpencil dan pelosok.
Menurutnya teknologi konstruksi anti bencana termasuk gempa bumi sudah banyak ditemukan ahli infrastuktur nasional, dan telah diterapkan pada pembangunan berbagai proyek seperti megastruktur jembatan, bendungan, gedung pencakar langit, dimana teknologi tersebut belum banyak diketahui masyarakat dan dunia usaha.
Baca Juga
"Kalau risiko gempa ini tidak diantisipasi dengan upaya memadai dan ilmu mumpuni, berbagai infrastruktur yang dibangun bisa rusak dan berisiko tinggi bagi masyarakat luas," ujarnya.