Bisnis.com, JAKARTA — PT Hutama Karya (Persero) tengah melakukan kajian tentang rencana divestasi sejumlah ruas tol untuk memenuhi kebutuhan pendanaan proyek jalan tol Trans-Sumatra.
Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan mengatakan bahwa dari hasil kajian itu, pihaknya akan mengambil keputusan soal divestasi ruas tol.
"Saat ini, kami masih melakukan kajian secara komprehensif untuk memutuskan apakah akan melakukan atau tidak melakukan divestasi," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (23/9/2020).
Pemerintah menyebutkan total kebutuhan pendanaan proyek jalan tol Trans-Sumatra lebih kurang Rp500 triliun. Saat ini dana yang telah tersedia berasal dari perbankan Rp72,2 triliun, dukungan pemerintah Rp21,6 triliun, dan penyertaan modal negara (PMN) Rp19,6 triliun. Dengan demikian, proyek tersebut masih membutuhkan pembiayaan sebesar Rp387 triliun.
Fauzan menyatakan bahwa saat ini sumber pendanaan proyek tol Trans-Sumatra berasal dari PMN, sindikasi perbankan, dan creative financing lainnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Keuangan HK Hilda Savitri menjelaskan bahwa di antara langkah yang diambil yaitu sekuritisasi aset perseroan sebagai jaminan untuk mendapatkan pendanaan.
"Di antara upaya kami, misalnya, sekuritisasi aset di tol JORR-S dan juga akses tol Priok, lalu viability gap fund, penerbitan global medium term notes, dan fasilitas cash deficiency support," ujarnya baru-baru ini.
Saat ini, perseroan sudah mendapatkan persetujuan penerbitan global bond senilai US$1,5 miliar dan yang telah issued nilainya US$600 juta. Dengan begitu Hutama Karya masih memiliki kuota pinjaman yang dapat digunakan ketika dibutuhkan.
Sementara itu, sampai akhir 2019, perseroan telah mendapatkan PMN Rp16,1 triliun, sedangkan tahun ini nilai PMN yang didapatkan mencapai Rp11 triliun. Seluruh dana ini diperuntukkan bagi penyelesaian proyek tol Sumatra.