Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan akan berada di kisaran minus 3,3% menurut OECD Economic Outlook Interim Report edisi September 2020.
Jika dibandingkan dengan proyeksi pesimis OECD sebelumnya yang mencapai 3,9%, angka ini jauh lebih baik dan menunjukkan adanya optimisme pemulihan ekonomi global.
Meskipun jika membandingkannya dengan outlook dari pemerintah di angka minus 1% dan 0,2%, proyeksi OECD ini sangat pesimistis.
Di sisi lain, lembaga global itu juga meyakini, setelah terhempas pada 2020, ekonomi Indonesia pada 2021 diperkirakan bisa kembali ke level 5,3%.
OECD dalam laporan itu menyebut beberapa indikator yang membuat outlook pertumbuhan ekonomi global lebis optimistik dibandingkan outlook Juni lalu.
Salah satunya output yang meningkat dengan cepat setelah pelonggaran tindakan pengurungan dan pembukaan kembali bisnis. Meski demikian, laju pemulihan global telah kehilangan beberapa momentum selama bulan-bulan musim panas.
Baca Juga
Sebagai contoh, pengeluaran rumah tangga untuk banyak barang tahan lama telah bangkit kembali dengan relatif cepat, meksi untuk pengeluaran untuk itu layanan, terutama yang membutuhkan kedekatan antara pekerja dan konsumen atau internasional perjalanan, tetap lemah.
Di sisi lain, dukungan pemerintah telah membantu mempertahankan pendapatan rumah tangga. Investasi perusahaan dan perdagangan internasional tetap lemah, menahan kenaikan di bidang manufaktur produksi di banyak ekonomi yang berorientasi ekspor.
Adapun OECD menyarankan supaya dukungan kebijakan fiskal, moneter dan struktural perlu dipertahankan untuk menjaga kepercayaan di tengah ketidakpastian. Beberapa kebijakan yang dimaksud.
Pertama, kebijakan bank sentral yang telah mengumumkan pelonggaran kebijakan lebih lanjut dalam tiga bulan terakhir dan perubahan dalam kerangka kebijakan diperkenalkan dengan tepat untuk meyakinkan investor bahwa suku bunga kebijakan akan berlakutetap rendah untuk waktu yang lama.
Kedua, dukungan kebijakan fiskal perlu diupayakan pada tahun 2021 dan pengumuman terbaru di banyak negara langkah-langkah fiskal tambahan diterima; tujuannya harus untuk menghindari pengetatan anggaran yang prematur pada saat ekonomi masih rapuh.
Ketiga, pemeliharaan dukungan fiskal yang kuat seharusnya tidak mencegah penyesuaian yang diperlukan untuk keadaan darurat utama program - termasuk skema retensi pekerjaan, dan tindakan dukungan pendapatan - untuk membatasi jangka panjang biaya dari krisis dan mendorong realokasi sumber daya yang diperlukan untuk perluasan sektor.
Keempat, meningkatkan kerjasama global untuk mempertahankan perbatasan terbuka dan arus bebas perdagangan, investasi dan peralatan medis sangat penting untuk mengurangi dan menekan virus di semua bagian dunia dan mempercepat pemulihan ekonomi