Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan industri petrokimia nasional, salah satunya melalui PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro), perlu diakselerasi agar industri manufaktur nasional bisa kembali bangkit.
Apalagi, di tengah pandemi Covid-19, industri petrokimia tetap tumbuh. Bahkan, sektor ini mampu bertahan, terus berproduksi di saat sektor lain melambat.
Oleh karena itu, salah satu anak usaha TubanPetro yakni PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), perlu terus didorong menjadi komplek industri petrokimia terintegrasi.
“Jika Indonesia tak segera memiliki industri petrokimia terintegrasi, maka hanya akan jadi pasar oleh negara-negara lain. Karena itu pengembangan TubanPetro bersama dengan Pertamina, menjadi sangat penting untuk diakselerasi,” ujar ekonom senior Faisal Basri, Selasa (15/9/2020).
Langkah strategis pengembangan TubanPetro bersama anak-anak usaha, diharapkan dapat menjadi jawaban atas persoalan masih tingginya impor bahan petrokimia yang menjadi salah satu ganjalan bagi neraca perdagangan Indonesia.
Menurut Faisal, pengembangan bisnis TubanPetro harus terus dikawal agar cepat terwujud termasuk rencana pembangunan pabrik olefin, sehingga kapasitas produksi produk petrokimia di dalam negeri meningkat dan proporsi impor terus diperkecil.
Baca Juga
Pengembangan TPPI secara optimal diyakini akan mampu mendorong industri turunan lain untuk semakin berkembang. TPPI yang selama ini hanya difungsikan pengolah BBM, bisa ditingkatkan lagi. Desain asli TPPI adalah untuk memproduksi benzene, toluene dan xylene (BTX), sebagai bahan baku industri kimia dasar, tekstil, industri cat, dan lain-lain.
“TubanPetro , terutama anak usaha TPPI, sedari awal memang dirancang sebagai komplek aromatik dan olefin yang terintegrasi, berbagai rencana pengembangan bisnis harus terus didukung pemerintah,” ujar Faisal.
Dengan mengoptimalkan kilang TPPI, produksi petrokimia bisa diperbesar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pengembangan Grup TubanPetro, selain bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga ekspor hasil produksinya, sehingga dapat meningkatkan cadangan devisa. Peran TubanPetro akan sangat besar mendukung industri petrokimia nasional, sekaligus membantu menekan defisit.
Pengembangan industri petrokimia juga harus terintegrasi, perlu dilakukan pengembangan petrokimia hulu dan hilir dengan komposisi tertentu yang pas agar diperoleh efisiensi. Kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku juga penting. Dengan demikian, rencana pemerintah membangun kilang di Tuban yang juga berdekatan dengan TPPI, dinilai tepat. Kepastian pasokan bahan baku akan lebih terjamin. Karena itu, pemerintah perlu menyiapkan betul strateginya, agar TubanPetro bersama Pertamina, bisa benar-benar fokus mengembangkan industri petrokimia.
Faisal mengingatkan, industri petrokimia terintegrasi yang dibangun di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, pada dasarnya dirancang untuk mendukung tujuan pasar mereka, yakni Indonesia. Jangan sampai, Indonesia hanya akan jadi pasar oleh negara-negara lain.
Pengembangan TubanPetro juga menguntungkan negara. Bila kilang Tuban Petro bisa dioptimalkan, maka negara akan memiliki keuntungan berlipat. Alasannya, TPPI dapat dioperasikan menghasilkan minyak. Selain itu, TPPI memiliki teknologi pengolah kondensat menjadi BTX dan naptha sebagai bahan baku , olefin/polyolefin yang dibutuhkan sangat luas bagi industri lain.
Direktur Utama TubanPetro Sukriyanto menyampaikan, program penugasan Pemerintah berupa peningkatan kapasitas produksi di anak usaha yakni PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) terus dilakukan.
Saat ini terdapat beberapa proyek pengembangan kilang TPPI yaitu Revamp Platformer, dan Revamp Aromatik. Kemudian, TPPI akan melakukan pembangunan pabrik olefin dan dilanjutkan pembangunan downstream olefin.
Penyelesaian proyek revamping tersebut yang dijadwalkan akan diselesaikan di akhir 2022.
Untuk revamp platforming, bertujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan unit platforming dari 50 ribu barrel perhari menuju 55 ribu barrel per hari. Sedangkan Revamp Aromatik adalah untuk memproduksi 780 ribu ton per tahun paraxylene dari kapasitas saat ini sebesar 600 ribu ton.
Sukriyanto menegaskan, kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kinerja operasional dan dengan dukungan Pertamina menjaga langkah-langkah pengembangan di tengah Covid-19 menjadi bukti bahwa kebijakan restrukturisasi terhadap TubanPetro yang diambil sebelumnya merupakan langkah tepat. Kini, TubanPetro konsisten melakukan perluasan kapasitas produksi di anak-anak usaha.
Perusahaan optimistis bisnis petrokimia ke depan akan tetap cerah. Apalagi di tengah Covid-19, berbagai produk alat kesehatan yang notabene memerlukan berbagai bahan baku dari petrokimia, dari sisi permintaan dan kebutuhan industri terus tumbuh.
Seperti kebutuhan untuk produk alat kesehatan, obat-obatan, termasuk masker medis serta produk-2 kemasan.
Saat ini telah dilakukan peningkatan kapasitas produksi polypropylene salah satu anak usaha TubanPetro, yakni PT Polytama Propindo (Polytama).
Pabrik Polytama yang sebelumnya memproduksi 240 ribu metrik ton per tahun, kini dapat memproduksi 300 ribu metrik ton per tahun.
Ke depan, akan dibangun pula pabrik penghasil polypropylene kedua yang menggandakan kapasitas produksi saat ini, mengingat permintaan domestik atas polypropylene yang masih sangat tinggi.