Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jakarta PSBB, PIKKO : Apa Tidak Ada Cara Lain?

Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) menyatakan utilisasi pabrikan IKM komponen otomotif telah berada di kisaran level 50 persen. PSBB total membuat pabrikan khawatir kapasitas terpakai pabrik anjlok ke level 10 persen seperti Mei 2020.
Pimpinan PT Rachmat Perdana Adhimetal, Syaeful Munir (kanan) menjelaskan produk komponen sepeda motor kepada Quality Technology Division Head PT Astra Honda Motor, Setyo Budi Anang (kiri) dan Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra, Henry C. Widjaja, di Jakarta, Rabu (11/4/2018).JIBI-Dedi Gunawan
Pimpinan PT Rachmat Perdana Adhimetal, Syaeful Munir (kanan) menjelaskan produk komponen sepeda motor kepada Quality Technology Division Head PT Astra Honda Motor, Setyo Budi Anang (kiri) dan Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra, Henry C. Widjaja, di Jakarta, Rabu (11/4/2018).JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) khawatir terpuruknya utilisasi pabrikan pada PSBB penuh pertama di Ibu Kota akan terulang.

Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) menyatakan utilisasi pabrikan IKM komponen otomotif telah berada di kisaran level 50 persen. Namun demikian, kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat pabrikan khawatir pencapaian tersebut dapat kembali anjlok ke level 10 persen seperti Mei 2020.

"Apakah tidak ada cara lain? Kalau aktivitas tidak berjalan, otomatis akan semakin parah, terutama kami yang bergerak di IKM [komponen otomotif] ini merasakn sekali [dampak PSBB]," ujar Ketua Dewan Pengawas PIKKO Wan Fauzi kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Fauzi menyatakan PSBB penuh pertama di Ibu Kota telah membuat 5 persen dari total pelaku IKM gulung tikar. Walaupun terlihat kecil, Fauzi berujar kondisi arus kas mayoritas IKM komponen otomotif telah berada di ambang batas.

Pasalnya, anjloknya utilisasi pabrikan ke level 10 persen memaksa industriawan IKM komponen otomotif melepas tenaga kerjanya. Saat kondisi permintaan mulai bergerak sekitar awal semester I/2020, pabrikan tidak dapat memenuhi permintaan tersebut lantaran kapasitas produksi yang telah berkurang.

Fauzi berujar pelaku IKM komponen otomotif telah mengurangi tenaga kerja sekitar 30-40 persen per pabrikan. Menurutnya, rata-rata pengurangan tenaga kerja selama 3 bulan terakhir adalah 20 persen dari total tenaga kerja di IKM komponen otomotif.

Walakin, presentasi tersebut hanya menghitung pegawai tetap. Jika memasukkan tenaga kerja kontrak, persentase pengurangan tenaga kerja bisa menembus level 50 persen.

"[Pengurangan tenaga kerja] seluruhnya bisa sampai 1 juta orang. Kalau APM [Agen Penjual Mobil] bisa bertahan karena dia masih bagus keuangannya. Kalau [IKM] yang pas-pasan, ada yang sampai tutup," ucapnya.

Sebelumnya, Fauzi mengusulkan agar pemerintah memberikan stimulus baru kredit berbunga rendah khusus untuk IKM komponen otomotif. Fauzi menilai hal tersebut diperlukan lantaran IKM komponen otomotif juga memiliki karakteristik usaha padat modal.

Pemerintah telah mengatur nilai pinjaman maksimum untuk program kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp500 juta. Namun demikian, Fauzi menyatakan per IKM komponen otomotif saat ini membutuhkan kredit sekitar Rp10 miliar-Rp20 miliar, namun tetap dengan bunga rendah maksimal 6%.

Namun demikian, Fauzi khawatir ekspansi produksi yang direncanakan mayoritas IKM komponen otomotif untuk mencapai utilisasi rata-rata di level 70 persen akan tertunda. Pasalnya, pemberlakuan PSBB penuh berbanding lurus dengan penurunan permintaan produk otomotif.

"Pemerintah sudah siap belum untuk menangani kasus-kasus PHK yang akan terjadi? [Pasalnya,] kamu tidak bisa pinjam [ke perbankan] lagi sementara semua aset sudah diagunkan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper