Bisnis.com, JAKARTA - Indeks penjualan riil yang membaik pada Juli 2020 namun masih berada dalam level kontraksi menggambarkan tingkat konsumsi masyarakat masih sangat rendah.
Bank Indonesia mencatat, indeks penjualan riil pada Juli 2020 tumbuh -12,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), membaik dari Juni 2020 yang tercatat -17,1 persen yoy.
Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal mengatakan dibandingkan dengan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), indeks ini memang membaik. Namun masih sangat jauh dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Faisal, untuk menuju kondisi positif, diperlukan penanganan serius dari pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. "Kalau ke kondisi positif, kondisinya harus sama seperti tahun lalu, tapi tahun lalu kondisinya sebelum ada wabah. Artinya dari sisi wabah harus ditanggulangi dulu, itu syarat utamanya," katanya kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020).
Di samping itu, kata Faisal, pemulihan sektor ritel juga bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat, yang artinya pemerintah perlu mempercepat penyaluran bantuan sosial (bansos), terutama bagi masyarakat kelas bawah dan menengah yang terkena imbas pandemi.
Di sisi lain, pemulihan konsumsi juga harus diperhatikan dari kalangan masyarakat kelas menengah ke atas. Namun, konsumsi dari masyarakat kelas ini sangat bergantung pada penanganan wabah Covid-19. Sementara itu, Faisal menilai penanggulangan pandemi Covid-19 oleh pemerintah dari sisi kesehatan belum maksimal hingga saat ini.
"Kita harus sadar ada sebagian masyarakat yang khawatir ketika dilakukan relaksasi tanpa disertai dengan pemantauan penegakan kedisiplinan dan ini banyak di kalangan konsumen menengah ke atas, yang kontribusinya ke ritel lebih besar daripada kalangan bawah," tuturnya.
Faisal menambahkan, tren penjualan eceran masih terus membaik tetapi berjalan lambat. Indeks penjualan riil akan bisa kembali positif, namun ketidakpastian ekonomi menurutnya saat ini masih sangat tinggi.