Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) mencatat hingga Agustus 2020, sebanyak 8.382 megawatt pembangkit dari proyek 35.000 megawatt telah beroperasi. Realisasi tersebut mencapai 24 persen dari total kapasitas pembangkit yang ditargetkan sebesar 35.540 megawatt.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini memaparkan bahwa proyek yang telah memasuki tahap konstruksi sebesar 19.067 megawatt (MW) atau 54 persen dari total kapasitas, sedangkan proyek yang sudah terkontrak, tetapi belum mulai proses pembangunan mencapai 6.528 MW (18 persen) dan yang dalam tahap perencanaan dan pengadaan sebesar 1.563 MW (4 persen).
"Artinya, sudah lebih dari tiga perempat program tersebut sudah dimulai pembangunan fisik, sedangkan yang sudah benar-benar beroperasi sekitar 23,9 persen," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (25/8/2020).
Selain program 35.000 MW, PLN juga tengah menyelesaikan pembangunan proyek pembangkit program 7.000 MW. Untuk program ini, pembangkit yang sudah beroperasi komersial (commercial operation date/COD), sertifikat layak operasi (SLO), atau commissioning mencapai 7.458 MW. Sebanyak 458 MW masih dalam proses konstruksi.
Sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2019—2028, lanjut Zulkifli, akan ada penambahan pembangkit sebesar 56,4 gigawatt (GW). Dari jumlah tersebut yang menjadi porsi PLN adalah 28 persen, produsen listrik swasta murni 43 persen, kerja sama produsen listrik swasta dan anak usaha PLN 17 persen, sisanya adalah wilayah usaha dan unallocated.
Penambahan pembangkit sebesar 56,4 GW tersebut didominasi oleh pembangkit PLTU yang sebesar 48 persen, PLTG/MG/GU sebesar 22 persen, dan total pembangkit energi baru terbarukan sebesar 30 persen.
Baca Juga
"Sesuai dengan RUPTL 2019—2028, program 35.000 MW dan 7.000 MW direncanakan selesai pada 2023," kata Zulkifli.