Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN Enjiniring dan ThorCon International, Pte. Ltd. meneken nota kesepahaman dalam rangka melakukan feasibility study, grid study, dan studi tapak sebagai persiapan pembangunan prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) pertama di Indonesia, Rabu (12/8/2020).
PLTT yang ditargetkan beroperasi komersial (COD) pada 2028 itu diharapkan memiliki keekonomian yang kompetitif dengan pembangkit batu bara.
Bob S. Effendi, Kepala Perwakilan ThorCon International, mengatakan pihaknya menggandeng PT PLN Enjiniring karena perseroan memiliki sumber daya dengan kompetensi yang tinggi dengan standar internasional dan berpengalaman di berbagai aspek mulai dari perencanaan sampai dengan konstruksi pada sektor ketenagalistrikan, serta memiliki sinergi yang baik dengan PT PLN (Persero).
"Ke depannya, ThorCon International akan melakukan transfer know-how kepada PT PLN Enjiniring guna dapat memahami teknologi Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) untuk melaksanakan nota kesepahaman ini," ujar Bob melalui keterangan tertulisnya.
Dengan adanya dukungan kuat dari Gubernur Kepulauan Bangka Belitung untuk prototipe PLTT dapat diimplementasikan di Provinsi Bangka Belitung, lokasi tapak diharapkan dapat dilakukan di wilayah Pulau Bangka karena mendukung rencana Pemprov untuk mengembangkan industri berbasis logam tanah jarang di mana thorium sebagai mineral ikutan.
Rencana penempatan PLTT di Bangka tidahk hanya dapat memasok seluruh kebutuhan listrik masyarakat dan menumbuhkan industri, tetapi juga dapat memasok listrik ke Sumatra yang memiliki pertumbuhan industri yang cukup tinggi.
Dengan begitu, dapat menurunkan BPP Bangka Belitung yang saat ini dua kali lebih tinggi dari BPP Sumatera Selatan, yang nantinya akan meningkatkan daya saing industri.
"Dengan adanya permintaan Gubernur tersebut, kami berharap pemerintah dapat segera menetapkan wilayah Pulau Bangka sebagai lokasi pembangunan prototipe PLTT sehingga semua pekerjaan dan studi tersebut dapat dikerjakan," kata Bob.
Thorium sebagai satu opsi green energy dapat menjadi salah satu sumber energi primer yang layak dipertimbangkan, mengingat sumber daya thorium sebagai mineral ikutan timah berlimpah. Hingga saat ini, thorium belum dimanfaatkan sehingga berpotensi menjadi solusi bagi transisi energi menuju ekonomi Indonesia rendah karbon 2050.
“Kami dari PLN Enjiniring turut merasa bangga dapat terlibat dalam pelaksanaan pengembangan PLTT yang diinisiasi oleh ThorCon International. Kami juga berharap penandatanganan MoU hari ini merupakan dasar untuk melanjutkan kerja sama yang konkrit dalam waktu dekat," kata Hernadi Buhron, Plt. Direktur Utama PT PLN Enjiniring.
Posisi PLN Enjiniring dalam pekerjaan ini, imbuh Hernadi, adalah mendukung penuh program pemerintah dalam meningkatkan bauran energi di mana target energi baru dan terbarukan mencapai 23 persen pada 2025. Hal ini sejalan dengan program transformasi PLN sebagai induk perusahaan.
"Harapan kami, dengan adanya penandatanganan MoU antara PLN Enjiniring dan Thorcon International ini juga akan membawa dampak yang positif dan added value bagi kedua perusahaan serta dapat memberikan kemajuan berarti bagi Indonesia secara keseluruhan untuk mencapai kesejahteraan melalui swasembada energi, terutama green energy,” katanya.