Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai dampak Covid-19 cukup masif sehingga mampu menekan ekonomi ke arah kontraksi.
Jika melihat data Trading Economics, ekonomi Indonesia diperkirakan bisa tumbuh di minus 4,8 persen. Bahkan, ada institusi yang memproyeksikan di angka minus 7 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa untuk melihat kedalaman kontraksi ekonomi itu terjadi, BPS telah memberikan sejumlah sinyal apa yang terjadi di perekonomian di kuartal 1/2020.
"Enam sektor melambat, khusus pertanian ada pergeseran puncak panen raya. Produksi padi di kuartal II/2020 akan naik dan diharapkan bisa menahan laju kontraksi," kata Suhariyanto, Senin (22/6/2020).
Namun demikian, indikator-indikator perdagangan lainnya juga menunjukkan adanya penurunan cukup tajam. Penjualan mobil, misalnya, realisasi pada kuartal 1/2020 hanya terkontraksi 4,5 persen. Adapun, pada bulan April - Mei ini sudah turun 93,2 persen.
Sementara itu, penjualan motor turun 17,25 persen pada kuartal 1/2020 merepresentasikan pengeluaran masyarakat menengah ke bawah. Sementara April turun sekitar 79 persen.
Baca Juga
Namun yang patut diwaspadai adalah penurunan impor bahan baku, pada April - Mei 2020, impor bahan baku turun 30,63 persen. Sedangkan, PMI manufaktur Indonesia - meski ada kenaikan sedikit di bulan Mei - tapi masih tidak sesuai ekspektasi.
"Jauh sekali dari yang kita harapkan," tukasnya.