Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tergerus, Kemenperin Tetap Optimistis Ekspor Industri Pengolahan Topang Ekonomi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor industri pengolahan turun 0.08 persen pada Januari-Mei 2020 menjadi US$51,08 miliar dari realiasasi Januari-Mei 2019 senilai US$51,12 miliar.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita./Dok. Kementerian Perindustrian
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita./Dok. Kementerian Perindustrian

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan performa ekspor sektor manufaktur akan menopang pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pandemi Covid-19 membuat pergerakan manusia dan barang di seluruh dunia terhambat.

Di tengah tekanan tersebut, Agus optimistis kinerja ekspor sektor manufaktur dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini.

Agus mendata impor bahan baku maupun bahan penolong selama Januari-Mei 2020 susut 15 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, lanjutnya, penyusutan tersebut tidak diikuti oleh penyusutan ekspor yang setara.

"Ekspor industri pengolahan kita hanya turun 0,08 persen. Melihat angka ini, saya optimistis bahwa ekspor kita mampu mendorong perekonomian pada tahun ini," katanya kepada Bisnis, Senin (15/6/2020).

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor industri pengolahan turun 0.08 persen pada Januari-Mei 2020 menjadi US$51,08 miliar dari realiasasi Januari-Mei 2019 senilai US$51,12 miliar.

Namun demikian, nilai ekspor nonmigas terkoreksi 3,5 persen, sedangkan nilai ekspor keseluruhan merosot 5,96 persen. Di samping itu, kontribusi industri pengolahan dalam struktur ekspor bertambah 467 basis poin (bps) menjadi 79,25 persen selama Januari-Mei 2020.

Adapun, peningkatan tersebut disebabkan oleh turunnya kontribusi sektor migas dan tambang masing-masing menjadi 5,42 persen dan 13,11 persen.

Agus mencatat ada beberapa komoditas yang mencatatkan perbaikan ekspor selama Januari-Mei 2020 seperti baja, perhiasan, dan alas kaki. Selain tiga sektor tersebut, Agus menyatakan pihaknya juga akan mendorong kinerja ekspor beberapa sektor manufaktur lainnya.

Adapun, sektor yang dimaksud agus adalah industri otomotif, makanan dan minuman, dan tekstil. Menurutnya, ketiga sektor tersebut akan kembali menggeliat dengan dimulainya Protokol Masyarakat Aman dan Produktif dalam rangka mendukung aktifitas kebiasaan baru (new normal).

Di sisi lain, Agus menyinggung penurunan mobilitas barang jga terjadi di penjuru dunia. Menurut United Nations Conference on Trade and Development, hanya industri peralatan kantor yang mencatatkan pertumbuan nilai dagang ketika pandemi Covid-19 menyerang pada April 2020.

Sementara itu, industri tekstil dan peralatan produk tekstil mengalami perlambatan penurunan nilai dagang dari minus 11 persen pada kuartal I/2020 seacara tahunan menjadi minus 6 persen pada April 2020.

Di sisi lain, nilai perdagangan internasional industri makanan dan minuman, otomotif, kimia, alat komunikasi, elektronika, energi, permesinan, dan peralatan presisi merosot jauh lebih dalam.

Sebelumnya, pemerintah telah meerbitkan beberapa stimulus kepada sektor manufaktur untuk menjaga sektor manugaktur nasional dari pandemi.

Adapun bebrapa insentif yang diberikan adalah relaksasi perpajakan, penguranganan lartas ekspor impor bahan baku, beberapa fasilitas kepabeanan.

Terpisah, Direktur Jenderal Industr Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan pihaknya akan memperluas bantuan pengadaan bahan baku ke industri kecil.

Gati menilai hal tersebut menjadi penting lantaran kapasitas industri kecil yang terbatas membuat pelaku industri kecil sulit mendapatkan pembiayaan dari sektor perbankan.

"Kalau industri menengah sudah bisa ambil KUR [kredit usaha rakyat] untk ambil bahan baku dan lainnya. Kalau yang kecil harus dibantu. Kami tidak bilang akan membantu industri mikro, yang kecil," ucapnya.

Gati berujar pihaknya saat ini sedang menggodok beleid perluasan insentif tersebut dan mendata ikm di sektor manufaktur apa yang paling terdampak oleh Covid-19. Menurutnya, kajian tersebut akan usai setidaknya pada akhir Juni 2020 agar pengesahan beleid tersebut dapat cepat dilaksanakan.

Gati menilai perluasan bantuan ke industri kecil tersebut penting lantara sekitar 90 persen dari total pabrikan di dalam negeri merupakan industri kecil. Namun demikian, tidak banyak pelaku industri kecil yang bertahan selama pandemi Covid-19.

"Dari 90 persen, yang masih bertahan tidak banyak. Saya belum cek berapa persen yang masih survive. Itu [pandemi Covid-19] memang berat sekali," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper