Bisnis.com, JAKARTA- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat arus ekspor Mei 2020 sebesar US$10,53 miliar, atau turun 28,95 persen secara year-on-year (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang senilai US$14,83 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan angka ekspor pada Mei 2020 merupakan yang terendah sejak Juli 2016 yang saat itu nilainya mencapai US$9,6 miliar.
"Dilihat kebelakang pernah terjadi ekspor rendah pada Juli 2016," ungkap Suhariyanto dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui YouTube resmi BPS, Senin (15/6/2020)
Sementara itu, secara bulanan, realisasi ekspor pada Mei menunjukkan penurunan 13,40 persen dari posisi April 2020, yang sebesar US$12,16 miliar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan ekspor secara tahunan tersebut disebabkan oleh turunnya ekspor migas maupun non migas ke posisi yang cukup dalam.
Sementara itu secara bulanan, ekspor migas mengalami kenaikan walaupun tidak dapat mengompensasi turunnya ekspor nonmigas.
Baca Juga
"Baik secara bulanan maupun tahunan, ekspor nonmigas padaa Mei mengalami penurunan yang signifikan," paparnya.
Dari sektor penopang ekspor nonmigas, penurunan terjadi di seluruh sektor, pertanian hingga industri pengolahan.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekspor pertanian tumbuh negatif 25,48 persen (year-on-year/yoy).
"Komoditas yang turun dalam year on year, ekspor kopi, tanaman obat rempah, sarang burung dan lada putih," papar Kepala BPS Suhariyanto, Senin (15/6/2020).
Sementara itu, industri pengolahan juga terkoreksi hingga -25,90 persen (yoy). Anjloknya ekspor di sektor ini dipicu oleh penurunan drastis logam dasar mulia, sepatu, CPO dan peralatan listrik.
Secara tahunan, sektor pertambangan juga mengalami kontraksi tajam -38,11 persen. Alhasil, tiga sektor tersebut berkontribusi terhadap penurunan ekspor secara keseluruhan.