Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Mei 2020 sebesar US$10,53 miliar, atau turun 28,95 persen secara year-on-year (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang senilai US$14,83 miliar.
Sementara itu, realisasi impor Mei 2020 mengalami penurunan 42,20 persen secara tahunan menjadi US$8,44 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang senilai US$14,61 miliar. Impor pada Mei 2020 yang mencapai US$8,4 miliar menjadi yang terendah sejak 2009.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan wabah pandemi virus Corona (Covid-19) berdampak langsung pada kinerja ekspor dan impor pada Mei 2020.
"Tentunya terkait menurunnya tingkat permintaan global terhadap produk Indonesia, berada di luar kuasa [pemerintah]," katanya ketika dihubungi, Senin (15/6/2020).
Penurunan impor paling dalam, yaitu mengalami kontraksi hingga 42,2 persen terjadi untuk semua komoditas. Dia melanjutkan untuk menjaga kinerja perdagangan, pemerintah harus memperhatikan tingkat daya saing melalui stabilisasi nilai tukar rupiah.
Namun, stabilisasi tersebut tidak sebatas pada level nominal belaka, tetapi pengelolaan paritas.
Baca Juga
Dari sisi produk, Wisnu melihat masih terdapat beberapa barang yang berkinerja positif saat ini. Karena itu, perlu dukungan semua pihak agar produk-produk tersebut dapat menjangkau pasar global secara lebih luas.
"Komoditas yang menorehkan kinerja bagus pada neraca dagang Mei 2020, antara lain emas dan perhiasan, CPO, besi dan baja, serta alas kaki," lanjutnya.