Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Corona, Strategi Pembangunan Infrastruktur Perlu Penyesuaian

Strategi kebijakan pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah harus mampu memilih jenis infrastruktur untuk pemulihan ekonomi terlebih dahulu.
Pekerja berada di proyek konstruksi Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie, Aceh, Sabtu (22/2/2020). Kementerian PUPR pacu pengerjaan konstruksi proyek strategis nasional termasuk tiga bendungan di Aceh yaitu Bendungan Keureuto di Aceh Utara. Kemudian, Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie. Nilai investasi bendungan capai triliunan rupiah. Bisnis-Agne Yasa.
Pekerja berada di proyek konstruksi Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie, Aceh, Sabtu (22/2/2020). Kementerian PUPR pacu pengerjaan konstruksi proyek strategis nasional termasuk tiga bendungan di Aceh yaitu Bendungan Keureuto di Aceh Utara. Kemudian, Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro di Kabupaten Pidie. Nilai investasi bendungan capai triliunan rupiah. Bisnis-Agne Yasa.

Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan infrastruktur di tengah pandemi Covid-19 dinilai perlu memperhatikan beberapa hal, terutama untuk menunjang pemulihan ekonomi nasional.

Seperti diketahui, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan realokasi anggaran dan refocussing kegiatan akibat pandemi Covid-19.

Sebelum adanya realokasi, anggaran Kementerian PUPR mencapai Rp120,21 triliun. Alokasi yang cukup besar disebabkan pembangunan infrastruktur masih menjadi fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo di periode kedua.

Namun, adanya pandemi Covid-19 membuat anggaran Kementerian PUPR dipangkas Rp44,58 triliun, sehingga tersisa Rp75,63 triliun pada 2020.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan dengan anggaran yang tersisa, strategi kebijakan pembangunan infrastruktur harus mampu memilih jenis infrastruktur untuk pemulihan ekonomi terlebih dahulu.

Pasalnya, pemerintah bekerja berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang masih dalam konteks kondisi normal dengan kebijakan jangka panjang dan target capaian pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya.

"Kalau kondisi ekonomi belum pulih dan APBN yang berdarah-darah seperti ini maka harus ada perubahan dikaitkan dengan skala prioritas untuk tujuan pemulihan ekonomi," kata Yayat, kepada Bisnis, Minggu (14/6/2020).

Menurutnya, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pembangunan infrastruktur paling strategis dalam menunjang pemulihan ekonomi.

Pertama, infrastruktur ketahanan pangan. Yayat mengatakan akibat Covid-19, persoalan pangan jadi masalah besar. Oleh karena itu, program cetak sawah baru perlu dikaji kembali kemungkinannya.

Jika berpikir ke depan, jelasnya, ada kemungkinan kerentanan kebutuhan pangan secara nasional. Apalagi impor pangan dari negara seperti China dan Vietnam juga dinilai masih akan sulit dilakukan di tengah ketidakpastian soal kapan vaksin Covid-19 ditemukan.

"Harus sinergi Kementerian PUPR dan Kementerian Pertanian terkait persoalan pangan, harus ada upaya perbaikan sarana irigasi, bendungan untuk mendukung percepatan, pembenahan di sektor ketahanan pangan," katanya.

Kedua, antisipasi perubahan dikaitkan dengan kenormalan baru terutama pola sistem bekerja sehingga dibutuhkan infrastruktur penunjang di sektor energi dan telekomunikasi.

"Adanya work from home, peran Kementerian PUPR, mendukung sistem energi dan telekomunikasi," ujarnya.

Ketiga, dukungan infrastruktur untuk fasilitas kesehatan. Menurutnya, ketika upaya pemulihan dilakukan terlihat bahwa fasilitas kesehatan di Indonesia masih sangat kurang.

"Sinergi antara Kementerian PUPR dan Kemenkes, bagaimana membangun faskes yang cepat, itu ahlinya di PU," katanya.

Selain itu, dia menyatakan diperlukan juga infrastruktur yang mendukung pola hidup bersih dan sehat seperti penyediaan air.

Secara keseluruhan, Yayat mengatakan dengan adanya pandemi Covid-19, pembangunan infrastruktur perlu melakukan refocussing. Jika sebelumnya, fokus pada mendorong pertumbuhan pembangunan dan percepatan. Namun, ke depan yaitu fokus pada infrastruktur pemulihan.

Menurutnya, dengan defisit anggaran 6 persen hingga 7 persen memerlukan waktu untuk bisa pulih lagi sesuai amanat Undang-Undang yaitu defisit 3 persen.

Saat ini, katanya, sektor seperti pariwisata hingga perdagangan menunggu waktu untuk dapat pulih kembali setelah terdampak Covid-19.

"Pemulihan ini yang harus dilakukan. Bagaimana pun PUPR harus bersinergi dengan aspek ekonomi dan kesehatan, mau tidak mau infrastruktur terkait kesehatan harus jadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi penanganan yang dibuat Kementerian PUPR," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper