Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun dihadapkan pada masa sulit, tak sedikit pengembang properti yang tetap percaya diri memasarkan produk-produknya dan berhasil meraup penjualan bernilai tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan sektor properti untuk tetap tumbuh di masa pandemi ini masih ada.
Beberapa pengembang besar juga mulai beradaptasi dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan memaksimalkan penjualan menggunakan platform digital dan teknologi. Diversifikasi produk dan mengandalkan produk-produk dengan pangsa pasar besar juga jadi strategi andalan.
Belum lama ini pengembang PT Intiland Development Tbk mulai memasarkan produk apartemen di Selatan Jakarta dengan ukuran 30 meter persegi seharga Rp1,1 miliar. Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono produk tersebut jadi salahs satu andalan di tengah pandemi ini.
“Meskipun minatnya masih soft, tapi masih ada dan cenderung lebih bagus dibandingkan dengan tipe lain yang ukurannya lebih besar, karena pasti harga juga jadi lebih mahal,” kata Archied kepada Bisnis.com, Rabu (10/6/2020).
Apartemen bertajuk SQ Res tersebut dijadikan andalan karena memiliki lokasi yang strategis, berdekatan dengan pintu tol JORR 2 dan Stasiun MRT Fatmawati. Menurut Archied, dengan lokasi berada di tersebut, orang akan tetap berminat untuk investasi jangka panjang.
Senada, pengembang PT Summarecon Agung Tbk. juga menyebut tetap bisa menjual produk-produk bahkan dengan harga di atas Rp2 miliar selama pandemi ini.
Baca Juga
President Director Adrianto P. Adhi mengatakan bahwa selama masa pandemi pembelian masih ada walaupun menipis. Adapun, pembelian yang datang bukan melulu dari kalangan menengah ke bawah, tapi juga datang dari kalangan menengah ke atas.
“Di saat seperti ini orang mengandalkan kepercayaan, sehingga orang tetap mau beli produknya di kami [Summarecon]. Masih ada produk yang nilainya masih di atas Rp6 miliar-Rp7 miliar yang terjual. Karena memang sebetulnya banyak orang masih punya duit cash dan siap investasi,” ujarnya.
Andri juga menyebutkan, rumah dengan harga Rp1 miliar dan Rp2 miliar juga masih banyak peminatnya. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak orang yang mampu beli rumah, tapi banyak yang menunda di masa seperti ini.
Ke depannya menyiapkan diri menuju kenormalan baru atau new normal, Andri mengatakan pengembang harus mempersiapkan diri terhadap perubahan apapun serta bersikap lebih responsif terhadap minat pasar.