Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) mencetak rekor penurunan baru pada April 2020, ketika wabah penyakit virus corona menutup bisnis, mendorong Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan menahan warga AS untuk tidak keluar dari rumah.
Data Departemen Perdagangan AS yang dirilis Jumat (15/5/2020), menunjukkan penjualan ritel dan restoran anjlok 16,4 persen pada April 2020 dari bulan sebelumnya, rekor penurunan terbesar yang tercatat sejak 1992.
Penurunan ini memperbarui rekor terburuk sekaligus mencapai hampir 2 kali lipat penurunan sebesar 8,3 persen pada Maret 2020. Data pada April 2020 pun lebih buruk dibandingkan proyeksi median untuk penurunan 12 persen.
Sebuah laporan terpisah yang dirilis Federal Reserve AS menunjukkan produksi industri turun tajam 11,2 persen pada bulan lalu, penurunan tertajam secara bulanan dalam 101 tahun, seperti dilansir dari Bloomberg.
Sementara itu, produksi manufaktur mengalami rekor penurunan sebesar 13,7 persen, seiring dengan kemerosotan di seluruh industri utama.
Ketika sebagian besar warga AS berdiam di dalam rumah masing-masing dan tingkat pengangguran melonjak, pengeluaran pun terpangkas dengan tajam pada bulan lalu.
Baca Juga
Data tersebut menunjukkan bagaimana luasnya dampak pandemi virus corona. Penutupan toko-toko lebih lanjut dan kebangkrutan di seantero negara dapat memperburuk situasi ini.
Sebanyak 12 dari 13 kategori utama menurun, dipimpin oleh kemerosotan sebesar 78,8 persen untuk kategori toko pakaian serta penurunan 60,6 persen di toko elektronik dan perkakas.
Satu-satunya kategori yang mencatat kenaikan adalah penjualan non toko, termasuk penjual online seperti Amazon.com, yang meningkat 8,4 persen.
Adapun toko makanan dan minuman, yang mampu membukukan lonjakan penjualan pada Maret 2020, saat warga AS memburu barang-barang penting, melorot 13,1 persen pada bulan lalu.