Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal I/2020, Arus Peti Kemas Tanjung Priok Turun 4,2 Persen

Arif menyebutkan operasional pelabuhan tetap berjalan seperti biasa, tetapi sejumlah industri mengalami perlambatan aktivitas akibat pandemic virus corona.
Sejumlah truk membawa muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020)./ ANTARA - M Risyal Hidayat
Sejumlah truk membawa muatan peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020)./ ANTARA - M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC melaporkan adanya penurunan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok hingga 4,2 persen sepanjang kuartal I/2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Direktur Utama Arif Suhartono mengatakan dampak pandemi virus corona (Covid-19) tidak terlalu signifikan jika mengacu pada persentase tersebut. Kendati demikian, perseroan akan bersikap waspada untuk kinerja bulan selanjutnya.

Selama Januari-Maret 2020, jumlah peti kemas yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 1,57 juta TEUs. Jumlah ini menunjukkan adanya penurunan sebanyak 69.000 TEUs dari 1,63 juta TEUs dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Jadi yang akan kami lihat lagi dua bulan hingga tiga bulan ke depan, April-Mei mungkin akan terasa signifikan. Namun, memang untuk Maret belum banyak perubahan. Ada naik ada turun bergantung shipping line-nya," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (7/4/2020).

Secara tren, lanjutnya, dibandingkan dengan pada bulan sebelumnya menunjukkan perbaikan. Adapun dibandingkan dengan pada tahun lalu, pada Februari penurunan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok sebesar 5,13 persen, sedangkan pada Maret penurunannya sebesar 4,2 persen. Kendati masih menunjukkan ada penurunan tetapi persentasenya semakin mengecil.

Arif menyebutkan operasional pelabuhan tetap berjalan seperti biasa tetapi sejumlah industri mengalami perlambatan aktivitas sehingga memang aktivitas di pelabuhan memang tidak akan sesibuk sebelumnya.

Pihaknya tak menampik saat ini sejumlah industri rata-rata menghadapi persoalan dengan pasokan bahan baku misalnya untuk vendor otomotif yang banyak mengambil bahan baku dari Thailand hanya dapat bertahan hingga dua bulan hingga tiga bulan ke depan. Lantaran Negeri Gajah Putih tersebut sudah melakukan karantina wilayah.

Secara korporasi penurunan pergerakan juga akan mengurangi pendapatan. Untuk itu IPC akan menekan biaya yang tidak berimplikasi langsung kepada pendapatan agar menjadikan neraca keuangan tidak terlalu buruk.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper