Bisnis.com, JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) sedang mengupayakan pinjaman pendanaan kepada Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk menutupi kekurangan pendanaan bagi konstruksi moda raya terpadu Jakarta pada fase kedua senilai Rp7,5 triliun.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar memaparkan kebutuhan total pembangunan pada fase kedua mencapai Rp30 triliun. Saat ini, perseroan tersebut telah memperoleh komitmen pinjaman dari JICA yang bersifat tight loan melalui pemerintah pusat dan pemerintah provinsi DKI Jakarta senilai total Rp22,5 triliun.
“Masih kurang Rp7,5 triliun sampai Ancol Barat. Kami mengajukan permintaan lagi untuk menambah tambahan loan dari Jepang saja,” jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (11/3/2020).
William menyebutkan nilai pembangunan membengkak karena terjadi perpanjangan jalur dari semula mencapai Kampung Badan menjadi ke Ancol Barat. Langkah tersebut ditempuh karena persoalan lahan di depo Kampung Badan yang tidak terselesaikan.
Secara total, lanjutnya, hingga fase kedua MRT akan memiliki total sebanyak 23 stasiun. Selanjutnya, sudah bisa memulai fase ketiga jalur timur barat Kalideres hingga Ujung Menteng sepanjang 31,7 km.
Dia menambahkan pengembangan jalur MRT akan terintegrasi dengan lintas rel terpadu (LRT) untuk mempermudah konektivitas. Sumber pendanaan baru juga sedang dicari untuk keberlanjutan pada fase III dan fase IV tanpa harus mengandalkan utang pemerintah.
Baca Juga
Pasalnya, jika melihat dari neraca keuangan yang masih bersih dari utang akan memungkinkan untuk memperoleh alternatif pendanaan. Adapun, sejumlah peluang pendanaan yang memungkinkan adalah menerbitkan obligasi atau melakukan pinjaman langsung melalui pemerintah daerah.
Sementara itu untuk mempperkuat struktur permodalan, pihaknya juga berencana melantai di bursa secara perdana lewat anak usahanya. Rencana ini akan dilaksnakan secara paralel supaya lebih cepat konstruksinya.