Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja properti komersial pada kuartal IV/2019 mengalami penurunan, salah satu yang menjadi penyebab adalah kelebihan pasokan. Pada periode tersebut, hanya properti ritel yang masih mencatatkan kinerja positif.
Senior Director Leads Property Darsono Tan mengatakan hanya properti ritel yang mengalami kenaikan dari sisi okupansi, pasok, dan permintaan meskipun tipis dan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan catatan sepanjang 2018.
“Kinerja positif properti ritel salah satunya disumbangkan dari tidak adanya tambahan pasokan baru. Sementara, serapan tetap ada walaupun sedikit,” ungkap Darsono melalui laporan tertulis yang dikutip Bisnis, Senin (24/2/2020).
Hingga saat ini, riset Leads Property menyebutkan keseluruhan okupansi di ritel Jakarta pada kuartal IV/2019 bahkan mencapai 93,42 persen. Jumlah itu mencatatkan kenaikan 0,15 persen dari kuartal sebelumnya dan tergolong stabil.
Sementara itu, di sektor lainnya seperti perkantoran, apartemen strata title, apartemen sewa, hotel, dan kawasan industri kinerjanya cenderung stagnan karena pengaruh pasokan yang berlebih.
Pada sektor perkantoran, Leads mencatat kuartal IV/2019 pasokan kumulatifnya bertambah menjadi total 3,89 juta meter persegi. Adapun, jumlah serapannya juga naik menjadi 51.558 meter persegi.
Baca Juga
“Dengan jumlah pasok dan permintaan yang tidak imbang, okupansi perkantoran Jakarta turun 1,03 persen menjadi 79,9 persen,” ungkap Darsono.
Selanjutnya dari sektor apartemen strata title Jakarta, total pasokan kumulatifnya naik tipis 0,43 persen menjadi 253.777 unit. Adapun, jumlah pasokan yang terserap totalnya mencapai 211,514 unit. Kelebihan pasok ini membuat okupansinya turun 0,35 persen menjadi 83,3 persen.
Kemudian, dari sektor apartemen sewa, pasokan kumulatifnya mencapai 8.822 unit, sedangkan permintaannya justru menurun 5,7 persen menjadi total 5.712 unit. Hal ini memberikan tekanan lebih lanjut pada tingkat okupansi sebesar 0,9 persen dan menjadikan okupansi total hanya sebesar 64,8 persen.
Untuk sektor perhotelan di Jakarta, rata-rata harga per malamnya juga turun 2,2 persen menjadi Rp1,05 juta per malam. Hal ini disebabkan bertambahnya pasokan menjadi 53.792 kamar secara kumulatif dan dengan okupansi hanya 62,5 persen.
Sedikit berbeda dengan sektor kawasan industri, karena sektor satu ini justru kekurangan pasok. Jumlah lahannya sepanjang kuartal IV/2019 hanya bertambah 0,48 persen menjadi 12,530 hektare. Adapun keterisian masih di posisi 91,88 persen.
“Karena keterbatasan lahan, permintaan malah jadi tidak bisa terserap. Supaya tetap kompetitif, harganya umumnya diturunkan atau dibuat stagnan supaya okupansinya full. Harganya turun 0,96 persen ke rata-rata Rp2,67 juta per meter persegi,” ungkapnya.