Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mencatat perlambatan indeks harga properti komersial pada kuartal IV/2019 yang disebabkan karena kondisi kelebihan pasokan.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa indeks harga properti komersial mengalami perlambatan dari yang sebelumnya 1,37 persen (year on year/yoy) pada kuartal III/2019 menjadi 0,32 persen (yoy) pada kuartal IV/2019.
Perlambatan tersebut terutama disebabkan penurunan harga pada segmen apartemen sewa, dan perlambatan kenaikan harga lahan industri, convention hall, dan pergudangan.
Menanggapi hal tersebut, Direktur PT Ciputra Development Harun Hajadi mengatakan salah satu penyebab utama dari perlambatan pertumbuhan indeks harga adalah terjadinya penurunan okupansi pada properti komersial.
“Alasan utama adalah karena kompetisi, dimana permintaan tidak terlalu banyak bertumbuh, tetapi pasokannya bertumbuh luar biasa selama 12 tahun belakangan ini,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/2/2020)
Menurut Harun, kinerja properti komersial tahun ini diperkirakan masih akan serupa dengan yang terjadi sepanjang 2019 yang tidak bertumbuh banyak.
Baca Juga
“Menurut saya selama oversupply masih terjadi, maka situasi ideal sulit dicapai,” ujarnya.
Harun memprediksi segmen properti komersial berpotensi untuk berkinerja baik pada tahun ini adalah pusat perbelanjaan. Meskipun demikian, dia menyatakn pencapaian itu bisa terjadi dengan syarat bahwa pengembang harus tetap jeli melihat permintaan yang ada.
Dia menuturkan di daerah saat ini justru cenderung mengalami kelebihan pasokan pusat belanja, tetapi di sisi lain masih ada juga wilayah-wilayah yang tak tersentuh oleh fasilitas tersebut.
Sementara itu, melihat kondisi saat ini, Harun mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum melakukan penyesuaian harga terhadap proyek-proyek properi yang dipasarkan.
“Masih ada kenaikan, tetapi tergantung lokasi juga. Kebanyakan daerah sih sudah rada oversupply,” katanya.
Dalam kondisi kelebihan pasokan ini, Ciputra juga tidak membatasi pengembangan proyek properti komersial, lantaran masih banyak lokasi yang sebetulnya masih bisa menyerap pasokan yang ada.
Senada, Direktur PT Intiland Development Tbk. Archied Noto Pradono mengatakan bahwa tahun ini diprediksi pasar properti komersial memang masih akan stagnan dan bergerak mendatar sepanjang tahun.
“Untuk memaksimalkan properti komersial, kami paling banyak memanfaatkan proyek komersial residensial karena itu yang masih paling banyak dicari,” ungkapnya.
Adapun, dari sisi harga, dia mengungkapkan produk properti komersial yang masih paling banyak dicari adalah residensial yang harganya di bawah Rp1 miliar.
Menanggapi situasi pasar properti komersial saat ini, Archied mengatakan sudah mulai melakukan penyesuaian harga pada seluruh proyeknya.
“Kami tidak menurunkan harga secara langsung, tetapi kami berikan diskon kalau bayarnya tunai atau dengan cara bayar cepat,” ungkap Archied.