Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Produk Elektronik Diprediksi Turun 60 Persen

Tersendatnya pasokan bahan baku dari China, membuat kinerja ekspor produk elektronik berpeluang terkoreksi.
Gerai Informa Elektronik di Living World, Alam Sutera/dok. Informa
Gerai Informa Elektronik di Living World, Alam Sutera/dok. Informa

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor produk elektronik dan alat rumah tangga diperikirakan menurun sekitar 60% secara nilai pada tahun ini dari capaian tahun lalu yang menembus US$8,45 miliar.

Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik (GABEL) Oki Widjaja mengatakan penurunan itu dikarenakan saat ini para pengusaha merasa kesulitan untuk mendapatkan bahan baku akibat virus corona yang menyerang China yang berdampak pada penutupan pelabuhan dari dan ke China.

“Porsi bahan baku dan komponen yang masih diimpor dari China oleh industri elektonika dan alat-alat rumah tangga bervariasi tergantung jenis produknya.  Untuk TV berkisar antara 60 persen – 80 persen dari nilai  [dalam US$] komponen yang dibutuhkan, sedangkan untuk lemari es, AC dan mesin cuci, sekitar 40 persen – 50 persen dari nilai komponen masih diimpor dari China,” kata Oki, Senin (24/2/2020).

Kendati sulit mendapatkan bahan baku yang berdampak pada produksi, Oki mengatakan sejauh ini anggota GABEL belum berpikir akan kenaikan harga jual di pasaran. Justru  yang menjadi fokus saat ini adalah kelangsungan usaha dan antisipasi disrupsi pada lini produksi.

“Sulit untuk diprediksi berapa lama supply kompnen dari China akan terpengaruh karena wabah penyakit Covid-19. Jangan sampai produksi yang bermasalah, kemudian berakibat kepada PHK karyawan kami.  Kami tidak ingin mengambil kesempatan ini untuk menaikan harga atau mengambil keuntungan dari situasi yang sulit ini,” ujarnya.

Sebagai solusi, Oki mengatakan pihaknya tengah mencapi negara pemasok alternatif yang bisa memasok bahan baku industri elektronik dan alat rumah tangga. Beberapa negara yang dianggap potensial yaitu Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Kendati, hal itu tidak bisa dilakukan dalam jangka cepat karena harus melalui pengetesan serta proses riset dan pengembangan.

“Disamping itu pabrik-pabrik di negara tersebut juga masih memakai bahan baku yang sebagian masih di impor juga dari China.  Supply chain yang rumit dan saling berketergantungan tidak mudah untuk di urai dalam waktu yang singkat.  Pabrik komponen di Malaysia, Thailand dan Vietnam pun masih bergantung kepada suplai bahan baku dari China,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper